Renungan Minggu, 17 Januari 2021
Santo Dionisius dari Aeropagus adalah salah seorang martir Kristen yang gugur pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus pada abad pertama masehi. Namanya disebut dalam Perjanjian Baru (Kis 17:34) sebagai anggota majelis Aeropagus yang menjadi percaya karena pemberitaan Injil Rasul Paulus di Atena. Dalam tradisi gereja purba ada “tiga tahapan spiritualitas” sebagai buah pemikiran Dionisius yang sangat terkenal dengan teologi “mistik”nya.
Adapun ketiga tahapan tersebut adalah: Pertama, Purification. Dalam tahap ini seseorang masih ada dalam keterpusatan pada diri sendiri. “Self centeredness which keep one from realizing the final goal.” Ia hanya berfokus untuk memahami realitas Allah lewat doktrin/rumusan-rumusan tertentu. Hal ini nampak dalam salah satu perkataan Yesus di Injil Yohanes, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu.” (Yoh 5:39-40)
Kedua, Illumination. Tahap ini dapat digambarkan sebagai, “The mind being emptied of misconceptions.” Atau sebuah keadaan dimana pikiran kita mulai dimurnikan dari miskonsepsi tertentu tentang Allah. Seseorang mulai beranjak pada pengalaman iman, walaupun masih bersifat personal/individual. Barangkali hal ini tercermin dari perkataan Petrus dalam Lukas 5:8, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”
Ketiga. Union. Dalam tahap ini seseorang tidak dapat lagi menjelaskan Tuhan hanya dengan kata-kata dan doktrin. Pengalaman perjumpaannya dengan Tuhan telah mengubah hidupnya begitu rupa dan membuat hidupnya menyatu dengan hidup dan karya Kristus. Dengan perkataan lain, pengalaman itu membuatnya terdorong untuk melakoni jalan hidup yang telah ditempuh Kristus.
Barangkali ini tercermin dalam pengalaman “mistik” Saulus dengan Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik yang telah mengubah hidupnya untuk selamanya. Sehingga ia berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp. 1:21) Bunda Teresa barangkali juga menjadi salah satu contoh “mistikus Kristiani” abad 20 yang menjadi contoh nyata dari ”union” seseorang percaya dengan Kristus. Pengalaman iman akan Kristus yang menderita itu telah mendorongnya memberi diri begitu rupa untuk melayani mereka yang menderita. Pada kebaktian Minggu II sesudah Epifani ini, umat diajak untuk menelisik hingga kedalaman batinnya untuk menemukan makna dari pengalaman perjumpaan Natanael, Samuel, dan pemazmur dengan Allah yang hidup ini. (Dian Penuntun Edisi 31).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 322:1-3
- Mazmur 139:1-3 (B)
- KJ 406:1-2
- NKB 127:1,3
- NKB 134:1-2
- NKB 126:1-2
Tinggalkan Balasan