Renungan Minggu, 10 Februari 2013, Transfigurasi
Peristiwa transfigurasi merupakan penyingkapan jati diri Kristus selaku Anak Allah, “Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: ‘Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia.'” (Lukas 9:35), sehingga kita mengenal Dia selaku Tuhan dan Juruselamat umat manusia. Penderitaan dan kematian Kristus adalah keharusan ilahi. Dengan lugas Tuhan Yesus berkata, “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Lukas 9:22).
Makna kedatangan Kristus kedalam dunia bukan sekedar membawa pengajaran tentang makna hukum Allah, melainkan juga untuk menghadirkan karya penebusan Allah. Peristiwa transfigurasi justru menegaskan bahwa kematianNya mampu membawa keselamatan dan pembaharuan hidup yang menyeluruh bagi seluruh umat manusia. Jika demikian, apakah kita bersedia untuk hidup serupa dengan Kristus sehingga kita dimampukan untuk memancarkan cahaya kasihNya yang memberi pengharapan, kekuatan, dan keselamatan kepada sesama di sekitar kita?
Untuk itu, kita harus membuang jauh sikap yang ragu-ragu dan bimbang kepadaNya. Sikap ragu-ragu dan bimbang dapat mempertebal selubung yang menutupi mata rohani dan iman kita. Sebaliknya jika kita bersedia untuk dibimbing dan diterangi Roh Kudus, kita selalu akan mengalami kebenaran Allah yang membebaskan. Kita tidak lagi menghayati keselamatan Allah secara individualistic tetapi secara holistic, sebab karya keselamatan Allah yang terpancar dalam kemuliaan Kristus menerangi seluruh aspek kehidupan manusia. Bagaimanakah sikap kita sekarang? Marilah kita yang hidup dalam kasih dan iman kepada Kristus memancarkan cahaya kasihNya di tengah-tengah sesama yang menderita dan butuh keselamatan.
Tinggalkan Balasan