Renungan Minggu, 3 Mei 2015 – Paskah V
Makin serupa dengan Yesus adalah harapan Kristus terhadap murid-muridNya. Agar menjadi serupa dengan Dia, para murid harus menyatu dengan Yesus. Kesatuan itu terwujud, dan bernilai kekal, bila di dalamnya terdapat relasi yang hidup. Relasi menjadi hidup, bila cinta menjadi pijakan bersama. Kekuatan cinta menjadikan murid-murid Yesus tetap melekat kepadaNya. Dampak dari kelekatan itu adalah kehidupan yang benar-benar hidup. Sebaliknya, tanpa kelekatan dengan Yesus, murid-murid akan mati. Dengan hidup yang semakin hidup, para murid akan menghasilkan buah. Buah itu adalah kehidupan yang serupa dengan Kristus, kehidupan yang dipenuhi dengan kasih, sebab Ia (Tuhan) adalah kasih.
Pada minggu Paskah kelima ini, kita akan merenungkan bersama hakikat iman akan Kristus yang hidup. Dalam Dia kita beroleh kasih, dan dipanggil menghidupi kasih itu dalam kehidupan sehari-hari. Supaya kasih dalam diri kita tetap ada, mari kita melekat kepadaNya Yesus Sang Kasih.
Apa jadinya bila Tuhan Yesus menyebut diriNya sebagai pokok pohon anggur dan kitalah ranting-rantingnya? Apalagi bila Ia menyebut diri sebagai pokok anggur yang benar? Dalam Yohanes 15:1-8, ditekankan bahwa Bapa sebagai pengusaha, Yesus sebagai pokok anggur dan para murid sebagai rantingnya. Dari semua itu, yang dikehendaki Yesus adalah menghasilkan buah. Agar dapat menghasilkan buah, para murid harus menyatu dengan pokok anggur, sebagaimana ranting tidak dapat berbuat apa-apa bila tidak menempel pada pokoknya. (Dian Penuntun edisi 19, halaman 281 – 282).
Tinggalkan Balasan