Renungan Minggu, 3 April 2011
Kehadiran Tuhan Yesus di dunia beserta misi, karya, dan kematianNya, adalah untuk menolong manusia melihat terang kehidupan. Tuhan sendiri adalah terang dunia. Barangsiapa mendapat karunia untuk melihat dan percaya kepadaNya, akan memperoleh terang kehidupan itu. Terang ini memungkinkannya untuk melihat “sosok” Tuhan secara lebih lengkap, berupa kebaikan, kemurahan, kasih, dan kekudusan Tuhan.
Penghayatan terhadap terang kehidupan itu akan menggerakkan jemaat untuk hidup sebagai anak-anak terang. Sebagai anak-anak terang, kehidupan jemaat harus berubah. Kalau sebelum berjumpa Tuhan, kehidupan mereka diwarnai, atau bahkan dikuasai kegelapan, kini kehidupan mereka harus memancarkan terang Kristus. Hidup sebagai anak-anak terang harus otentik, kudus, dan berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Saudara, apakah kita pernah menyadari ‘keberuntungan’ kita menjadi anak-anak terang? Apakah kita menghayatinya sebagai kasih karunia Tuhan? Apakah kita juga dapat merasakan kegembiraan hidup sebagai orang-orang yang telah dicelikkan mata hatinya, sehingga mampu melihat Tuhan, Terang Dunia itu, dalam kehidupan di dunia ini? Seyogyanya kita selalu menaikkan syukur kepada Tuhan. Rasa syukur, muncul dalam bentuk kegembiraan hidup. Rasa syukur juga mewujud dalam bentuk “kebaikan, keadilan, dan kebenaran” bagi sesama. Rasa syukur memunculkan ketenangan dan kedamaian, seperti yang dialami dan diungkapkan oleh pemazmur dalam Mazmur 23.
Tinggalkan Balasan