Renungan Minggu, 28 Januari 2024 (Minggu ke-4 sesudah Epifani)
Reaksi dan sikap umat terhadap hal-hal yang berbau magis dan/atau berhala sangatlah berbeda-beda. Ada yang mempunyai resistensi tinggi, abai sama sekali, ada yang menganggap seakan tidak ada, ada yang percaya akan keberadaan roh-roh jahat dan sejenisnya namun memilih untuk menghindar untuk membahasnya, ada yang pernah punya pengalaman terkait hal-hal ini, ada yang bahkan masih punya keterikatan tersembunyi, dan masih banyak lagi.
Salah satu hal yang mendorong kita untuk membahasnya adalah sejauh apa hal-hal semacam ini turut menyumbangkan sesuatu yang konstruktif mengingat tidak sedikit bagian dari Alkitab juga telah membahasnya. Hal ini dibahas agar segala bentuk kompromi pada baik kecendrerungan untuk melekat ataupun mengarah kepada rasa takut yang negatif semakin reda di lingkungan umat Tuhan.
Tidak dipungkiri tentang realita umat yang masih melekatkan dirinya pada kuasa-kuasa seputar klenik atau berhala. Rasa takut dan ngeri pada hal-hal semacam ini bisa mendatangkan respon yang tidak sehat pada peristiwa sehari-hari, individu-individu yang berpeluang untuk menunjukkan kekuatan kuasa Tuhan sebaliknya “agak” kehilangan fungsi untuk turut memperkuat iman umat-Nya di tengah lingkungan gereja dan masyarakat.
Klenik (gaib) yang adalah sebuah aktivitas mistis meminta bantuan kepada dukun atau roh leluhur. Walaupun ajaran kristen berdasarkan kitab Keluaran 20:3 “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” yang artinya menentang praktik-praktik magis, supranatural, sihir, ramalan, penggunaan benda-benda berhantu/terkutuk dan semua yang dapat mengkaburkan karena bukan berasal dari Allah, bukan begitu saja umat terbebas dari hal-hal ini. Demikian pula praktik penyembahan-penyembahan terhadap dewa-dewi atau objek-objek yang dianggap mempunyai kekuatan ilahi yang masih dibawa dari tradisi sebelumnya atau tiba-tiba datang dan menarik perhatian bagi umat yang dalam keadaan galau.
Teks-teks yang kita bahas bersama hendak memberikan penguatan dan pemahaman bagi jemaat yang benar-benar ingin terlepas dari situasi-situasi bahkan konsekuensi-konsekuensi ketika hidup umat masih dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak sehat. Homili hendak secara simpatik mengingatkan dan mendorong jemaat agar mampu menjaga kesehatan iman dirinya dan orang-orang di sekelilingnya dengan cara-cara yang bersahabat (Dian Penuntun Edisi 37).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 222a :1,2,7
- KJ 40 :1,2,4
- KJ 387:1-2
- Mazmur 111
- NKB 208:1-2
- KJ 341:1-2
Tinggalkan Balasan