Renungan Minggu, 12 April 2015 – Paskah II
Di tengah kuatnya semangat pementingan diri sendiri, kegiatan ‘berbagi’ yang dikerjakan dengan tulus semakin jarang dijumpai. Manusia yang makin terikat dengan harta milik, berusaha dengan keras menahan segala kepunyaannya, dan bersemangat lebih baik menerima daripada memberi.
Kalaupun berbagi, ada yang mendasarkannya pada semangat ‘balik modal’. Apa yang saya bagikan sekarang akan saya terima kembali (nanti pada saatnya). Bahkan, kalau sekiranya mungkin, saya akan mendapat yang lebih besar dari apa yang saya bagi sebelumnya. Prinsip ekonomi ‘modal sedikit, untung besar’ sering menjadi dasar dari perilaku berbagi. Kadang kala ‘udang dibalik batu’ juga menjadi motivasi berbagi. Saya memberi karena saya menginginkan sesuatu. Ada lagi semangat berbagi sama rata sama rasa. Kalau saya memberi sirup maka saya harus menerima sirup yang sama. Konsep distributif yang demikian membuat baik yang kaya maupun miskin, yang membutuhkan atau tidak, akan menerima sesuatu yang sama demi alasan keadilan, meski tidak berdasarkan pada kebutuhan.
Berbagi adalah upaya untuk menjaga keseimbangan kehidupan, mencukupkan mereka yang membutuhkan, dan menambahkan mereka yang berkekurangan. Seperti Kristus yang bersedia memberi diri bagi keselamatan manusia, berbagi adalah undangan untuk setiap orang beriman kepadaNya. Seperti Allah yang melakukannya dengan tulus, demikian juga setiap anak-anakNya diajak memiliki kerelaan mendatangkan kebaikan bagi orang lain dan komunitas di mana ia berada. Seperti Roh Kudus yang mengiring kehidupan umat terus menerus dan berkesinambungan.
Berbagi tidak melulu diasumsikan hanya dengan harta milik. Berbagi dapat dikerjakan dalam segala dimensi kehidupan, termasuk memberi hati, memberi telinga untuk mendengarkan, memberi senyuman yang menyegarkan, dan membagi semangat. Tentu, masih banyak hal lain dapat dilakukan. Selamat berbagi seperti yang Allah, Kristus, dan Roh Kudus yang sudah terlebih dahulu membagi kasihNya pada kita!
Tinggalkan Balasan