Renungan Minggu, 5 April 2015 – Paskah
Naskah rancangan kotbah hari ini disampaikan untuk momen Paskah, tepatnya hari Minggu pagi, sebab ada juga rancangan khotbah untuk momen Paskah sore. Rancangan khotbah untuk momen Paskah mengangkat kisah kubur kosong (secara khusus perjumpaan Maria Magdalena dengan Yesus yang bangkit), sementara untuk momen Paskah sore mengangkat kisah Yesus yang menjumpai dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus.
Mengkhotbahkan berita Paskah, apalagi dari bacaan-bacaan yang bisa dikatakan ‘itu-itu saja’, tentu tidaklah mudah. Namun, hikmat dan karya Roh Kudus memampukan kita untuk menemukan makna dari peristiwa Paskah tersebut, sebab karyaNya itu melampaui ruang dan waktu.
Salah satu insight yang didapat dari proses menafsirkan bacaan leksionari hari ini adalah tentang Kristus yang bangkit yang tidak membedakan orang. Hal ini kontras dengan kenyataan hidup kita, di mana diskriminasi masih mewarnai keseharian hidup kita.
Menjelang akhir tahun 2012 lalu, dunia dikejutkan dengan kisah seorang gadis Pakistan yang ditembak kepalanya oleh kelompok Taliban karena memperjuangkan pendidikan bagi anak perempuan di Lembah Swat, Pakistan. Gadis itu adalah Malala Yousafzai. Kelompok Taliban melarang dengan tegas, cenderung bengis, gadis-gadis Pakistan untuk menikmati pendidikan di sekolah. Bagi mereka, anak perempuan harus tinggal di rumah untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik.
Di Myanmar – setidaknya sampai naskah ini ditulis – terjadi perlakuan diskriminatif terhadap etnis Rohingya yang beragama Islam. Sekalipun tinggal di Myanmar, mereka tidak diakui sebagai warga negara Myanmar (karena pemerintah menganggap mereka sebagai orang Benggala, orang asing dari Bangladesh). Karena mereka bukan warga negara, maka mereka tidak dapat mengakses bidang kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Apa yang dialami oleh orang Kristen di Irak juga tak kalah mengenaskan. Mereka dipaksa mengingkari imannya, berpindah agama, dengan jaminan keleluasan hidup. Tak sedikit orang Kristen Irak dibunuh tatkala menolak permintaan ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah). Mereka yang ‘lebih beruntung’ bisa tetap hidup, harus meninggalkan desa atau kota yang dikuasai oleh ISIS.
Bagaimana situasi kehidupan yang demikian itu bisa dicermati dan disikapi dengan memanfaatkan kisah kebangkitan Yesus? Adakah makna berita Paskah yang diperbarui hari ini? Itulah dua pertanyaan yang coba ditemukan jawaban-jawabannya dalam bagian selanjutnya. Proses menemukan jawaban yang berbeda bisa juga Anda upayakan melalui proses nantinya. (Dian Penuntun Edisi 19, halaman 241 – 242).
Tinggalkan Balasan