Renungan Minggu, 27 Juni 2010
Suatu sore seorang pemuda pergi mengunjungi rumah kekasihnya. Perjalanan ia tempuh dengan berjalan kaki. Pemuda tersebut harus melewati jalan-jalan yang sempit dan becek.
Ketika ia sampai di sebuah jembatan kecil, ia mendengar suara sayup-sayup. Pemuda itu menghentikan langkah kakinya. Ia mempertajam pendengarannya. Rupanya itu adalah suara kucing. Ia kemudian mencari sumber suara itu. Di dalam selokan, ia melihat seekor anak kucing yang basah dan kotor meringkuk di pinggiran selokan. Rupanya anak kucing itu tercebur ke selokan. Kucing itu berusaha untuk naik ke atas, tetapi ia tidak sanggup.
Pemuda tersebut merasa iba. Dengan menyingsingkan lengan baju dan celana panjangnya, ia turun ke selokan dan menyelamatkan anak kucing tersebut. Setelah anak kucing yang kuyup itu berada di pinggir jalan, pemuda itu kembali merapihkan bajunya dan melanjutkan perjalanan.
Ketika ia melanjutkan perjalanannya, ia terhenti sejenak karena merasa sedang dikuntit. Ia menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya ia, rupanya anak kucing yang ditolongnya itu mengikutinya secara diam-diam. Pemuda itu mengusir anak kucing tadi. Herannya, kucing itu tetap mengikuti dia. Pemuda itu mulai gelisah. Ia lalu menggiring anak kucing itu agar menjauh darinya. Sekali lagi, ketika pemuda itu lengah, anak kucing itu mengikutinya kembali.
Kira-kira, apa yang membuat anak kucing tersebut mau dan rela mengikuti pemuda tersebut? Insting untuk mengikuti orang yang sudah menyelamatkannya, itulah yang membuat anak kucing tersebut tanpa disuruh apalagi dipaksa mengikuti juruselamatnya.
Bagaimana dengan Anda? Anda bukan saja mempunyai insting tetapi hati nurani dan akal budi. Seberapa dalam dan tekunnya Anda mengikuti Juruselamatmu?
Tinggalkan Balasan