Renungan Minggu, 13 Oktober 2019
Merasa sendiri di tengah keramaian bukanlah pengalaman yang asing bagi sebagian dari kita. Rasa sendiri karena ditinggalkan yang tercinta atau karena merasa tak terhubung secara emosional dengan orang-orang terdekat.
Daud pernah merasakan kesendirian itu tatkala ia harus lari dari keluarganya karena ancaman dari Saul. Dalam pelarian itu tak pelak rasa sendiri juga menyertai, hingga berkumpullah orang-orang yang senasib dengannya di Gua Adulam.
Paulus juga pernah mengalaminya. Tatkala menjelang akhir kehidupannya, tak banyak orang yang menemani. Ia meminta Markus datang kepadanya menjelang akhir kehidupannya. Markus yang pernah ditolaknya, kini kembali menjadi rekan yang dinantikan di akhir hidupnya.
Yesus juga pernah mengalaminya. Menjelang akhir kehidupannya, ia bergumul sendiri di Gersemani. Murid-murid tertidur, dan IA bergumul dalam doa seorang diri. Tanpa kehadiran orang-orang terdekat.
Kesendirian tak melulu buruk. Ia mengingatkan kita untuk lebih bergantung pada sang pemberi hidup. Ia mengingatkan kita untuk terbuka menerima uluran tangan persahabatan yang barangkali masih ada.
Ingatlah, sejatinya kita tak pernah sendiri. IA selalu menyertai. (Pdt. Wahyu Pramudya).
Tinggalkan Balasan