Renungan Minggu, 28 Desember 2014
Thomas Hobbes memberikan pendapat bahwa pada dasarnya orang-orang itu jahat. Mereka akan berpotensi untuk saling menyerang satu dengan yang lain demi kepentingan-kepentingan diri. Oleh karena potensi kejahatan itu, negara harus berperan seperti leviathan. Negara harus menjadi lebih kejam untuk memaksa warganya menjadi baik. Warga negara harus ditakut-takuti agar menjadi taat. Ketaatan mereka bukan karena pilihan sadar, bukan pula karena kerelaan. Mereka taat karena ancaman dan hukuman.
Keyakinan iman akan sorga dan neraka seringkali menjadi motivasi orang untuk taat. Ketaatan dilakukan karena takut masuk neraka dengan segala gambaran seram dan kejamnya. Pemahaman akan Allah yang siap menghukum, mendorong umat patuh dalam ketakutan. Belum lagi masyarakat gereja yang sering memberi hukuman sosial kepada mereka yang melakukan pelanggaran. Ketaatan sering muncul karena khawatir diomong orang, dilawat pendeta atau penatua, disiasat gereja, atau bentuk hukuman sosial lain.
Apakah kita sebagai orang percaya menjadi taat karena takut? Apakah kita takut masuk neraka, takut dilawat, takut digembalakan khusus, atau takut citra kita menjadi buruk? Perhatikanlah apa yang menjadi dasar ketaatan kita! Saat seseorang taat karena takut, ia sebenarnya sedang mengarahkan diri pada kepentingannya sendiri. Ia mengerjakan perintah Tuhan dengan keterpaksaan dan berada dibawah tekanan. Betapa menyedihkan dan kasihan orang yang mengikut Tuhan dalam belenggu ketakutan ini.
Sesungguhnya panggilan umat percaya adalah beriman dengan merdeka, dalam kesadaran diri dan sukacita.Orang percaya sebagai mitra Allah, taat bukan karena takut hukuman, ancaman, atau tekanan. Yesus telah membebaskan kita dari belenggu kuk ketakutan atas hukum-hukum. Ia menginginkan setiap umat percaya mengerjakan kehendak Allah dalam kemerdekaan, dalam kerelaan. Ketaatan karena pilihan sadar dan kerelaan akan membuat kehidupan umat percaya lebih bersukacita. Panggilan untuk berpartisipasi dalam karya kasih Allah, mewujudkan perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan akan dikerjakan dalam kegembiraan. (Dian Penuntun edisi 19).
Tinggalkan Balasan