Renungan Minggu, 24 Maret 2013, Pra Paskah VI (Minggu Palma)
Taat merupakan salah satu sikap yang sangat penting dalam kerangka kehidupan bersama maupun kehidupan beriman. Dalam kehidupan bersama, taat hukum dan peraturan dapat membuat orang hidup dengan teratur dan menghormati orang lain. Misalnya, taat pada peraturan lalu lintas, taat pada peraturan sekolah. Taat kepada hukum juga merupakan salah satu ciri negara maju. Mereka menaati hukum dengan kesadaran dan rasa hormat yang tinggi, bahkan kadang sudah menjadi kebiasaan yang otomatis dilakukan, karena “memang sudah semestinya demikian”. Jadi, bukan ketaatan yang terpaksa atau dipaksa, melainkan sukarela karena menyadari pentingnya taat hukum dan peraturan bagi kesejahteraan hidup bersama.
Dalam kehidupan beriman kepada Tuhan juga ada aspek ketaatan, yakni ketaatan kepada Tuhan dan firman-Nya. Ketaatan di sini pun mesti merupakan ketaatan yang sukarela dan penuh kebebasan, bukan ketaatan yang penuh ketakutan; ketaatan yang sukarela dan sukacita, bukan terpaksa dan dipaksa. Maka, keteladanan Yesus dalam ketaatannya untuk menderita merupakan hal yang sangat penting bagi kita. Yesus melaksanakan ketaatan-Nya itu dengan sukarela. Ia tahu apa yang akan menimpa-Nya, dan Ia siap menghadapi semuanya.
Ketaatan seorang hamba yang ditunjukkan oleh Yesus merupakan ketaatan yang total, yang harus membawa-Nya ke kematian. Bahkan, “cara” kematian yang harus dialami oleh Yesus merupakan cara yang sangat merendahkan, yaitu kayu salib. Namun justru setelah Yesus mengalami perendahan yang serendah-rendahnya itu, Ia kemudian ditinggikan oleh Allah karena ketaatan-Nya yang total itu.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita meneladani Yesus dan memiliki ketaatan yang total kepada Allah, walaupun itu berarti kita harus menderita?
Dedy Sinaga mengatakan
Memang untuk mengikut Tuhan harus rela menghadapi tantangan, dan taat pada perintah Tuhan.
Amin. Tuhan Memberkati