Renungan Minggu, 13 Februari 2011
Menjadi orang yang taat itu sangat baik. Meskipun demikian, sekedar taat masih belum cukup. Yang dibutuhkan adalah ketaatan dengan kesadaran dan ketulusan hati. Ternyata, masih banyak orang yang gagal menunjukkannya. Dengan kata lain, mereka taat lebih karena kewajiban, karena peraturan, atau karena ada yang mengawasi. Para pengguna kendaraan di jalan, misalnya menaati rambu-rambu lalu-lintas ketika ada polisi lalu-lintas yang berjaga-jaga di perempatan jalan. Ketika polisi tidak ada lagi di sana, maka sebagian pemakai kendaraan di jalan cenderung tidak mengindahkan lagi peraturan lalu-lintas.
Dalam kehidupan bergereja, mungkin saja ada anggota jemaat yang mengikuti kebaktian minggu lebih karena kewajiban. Apakah hatinya memang terpanggil, memiliki kerinduan untuk beribadah kepada Tuhan atau tidak, hal itu menjadi urusan kedua.
Taat melaksanakan kebenaran firman Tuhan jelas merupakan tugas kita sebagai orang percaya. Persoalannya adalah apakah hal itu didukung oleh pikiran, perasaan dan hati kita? Orang lain pada umumnya hanya melihat yang tampak di permukaan, tetapi Tuhan melihat semuanya. Karena itu, menjadi pelaku firman Tuhan dengan kesadaran dan ketulusan hati, adalah panggilan mulia bagi setiap anak Tuhan. Ketaatan pada firmanNya diungkapkan bukan cuma lewat perbuatan yang kelihatan secara kasat mata, tetapi perlu juga dilandasi oleh hati dan pikiran yang mau taat. Hal inilah yang dapat disebut sebagai ketaatan yang sesungguhnya. Tuhan menjamin berkatNya bagi umatNya yang taat pada firmanNya. Taat pada firmanNya adalah gambaran dari anggota jemaat yang dewasa.
Tinggalkan Balasan