Renungan Minggu, 26 Januari 2014
Salah satu tema sentral dalam karya Kristus adalah tentang Kerajaan Allah. Setidaknya itu nampak dari berulangnya kata ini secara dominan – jauh melebihi konsep apapun. Gagasan tentang kerajaan Allah bukanlah soal Kingdom of God melainkan lebih pada Kingship of God. Harapan mesianis para nabi dalam Perjanjian Lama dan berita tentang Kerajaan Allah yang dikumandangkan oleh Yesus perlu dipahami tidak searah dengan zaman ideal yang direalisasikan dalam Negara agama.
Kerajaan Allah mengedepankan nilai-nilai ke-Raja-an Allah, yakni damai sejahtera, keadilan, kebenaran, perdamaian, kesejahteraan dan keutuhan ciptaan. Dalam konsep kerajaan Allah, masyarakat atau bangsa tidak tunduk dalam kekuasaan raja (penguasa), dengan klaim sebagai wakil Allah, melainkan tunduk dalam nilai kebenaran, keadilan dan perdamaian dan kesejahteraan sebagai kehendak Allah. Dengan kata lain kerajaan Allah adalah ‘kerajaan tanpa institusi’ dan karena itu tidak akan mengenal yang namanya keseragaman, kekakuan, ketertutupan dan control yang keras seperti yang ada pada Negara-negara agama. Kerajaan Allah sangat jauh dari cita-cita superioritas triumfalistik para fundamentalis, melainkan suatu kerajaan damai dan keadilan di antara kelimpahan anugerah (syalom) untuk semua.
Dalam bacaan leksionari hari ini, kekelaman berkepanjangan yang dialami Israel dijawab dengan janji pemulihan yang disimbolkan dengan kehadiran seorang Mesias. Pemazmur yang terjepit diantara hidup yang kelam penuh ancaman beroleh kekuatan dengan doa dan kebersandarannya pada Allah. Ancaman perpecahan ideologis yang mengintai jemaat Korintus diperhadapkan dengan gagasan ideal untuk hidup seia sekata dan berpadanan dengan Kristus. Dan bacaan injil kita menegaskan untuk menyebarkan nilai-nilai kerajaan sorga, Yesus tidak memulai dari sesuatu yang prestisius, tetapi dari sesuatu yang sederhana. Ia memanggil murid-Nya untuk turut terlibat dalam misi Allah menyatakan kerajaanNya di Galilea.
Tinggalkan Balasan