Renungan Minggu, 23 November 2014
Konsep kerajaan memang bukan sesuatu yang asing bagi bangsa Israel. Sejak awal keberadaannya, jauh sebelum memiliki dan kenal raja-raja duniawinya, mereka telah memilki dan kenal satu-satunya Raja Sejati, yaitu Allah. Kepada mereka – melalui Musa -, Allah katakan, “jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, … Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Keluaran 19:5-6). Raja Sejati dari kerajaan imam itu tidak lain dari Allah sendiri.
Begitulah, sebagai Raja Sejati, Allah tidak memerintah bangsa Israel seperti seorang raja duniawi; Ia pimpin dan nasihati mereka seperti seorang gembala. Karena itu, Allah memilih Musa, seorang gembala (Keluaran 3:1), untuk jadi seorang hamba Allah (bukan seorang raja!) yang memimpin bangsa Israel.
Demikianlah model kepemimpinan itu terus berlanjut selama 400-an tahun, sampai kepada para nabi dan para hakim. Para nabi dipakai Allah untuk menyampaikan firmanNya. Para hakim dipakai Allah untuk menasehati umat Israel pada masa damai, dan memimpin mereka pada masa perang.
Namun, Musa telah mengantisipasi keinginan bangsa Israel di masa depan. Kepada bangsanya, ia sudah mewanti-wanti, “Apabila engkau telah masuk ke negeri (Kanaan) …. Engkau (akan) berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku” (Ulangan 17:14).
Dan benar! Setelah lewat masa 400-an tahun, bangsa Israel datang kepada Samuel dengan permintaan akan seorang raja duniawi untuk memerintah mereka. Mereka katakan kepadanya, “Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain” (1 Samuel 8:5).
Samuel kesal dengan permintaan mereka, karena dengan cara itu mereka telah menolak Allah untuk menjadi Raja Sejati atas mereka. Namun, setelah mendapat perkenan Allah, Samuel akhirnya memenuhi permintaan mereka, biarpun bukan tanpa peringatan atas hak dan sepak-terjang raja atas mereka (1 Samuel 8:8-21).
Sejak saat itulah, bangsa Israel mengalami apa yang seorang sejarawan katakan, “Kerajaan duniawi menjadi penyebab utama kehancuran bangsa Israel” (The monarchy was the principle architect of Israel’s ruin). Di bawah pemerintahan raja-raja duniawinya, bangsa Israel mengalami pelbagai penderitaan, sebagai akibat dari kemurtadan, keserakahan dan kekejaman para rajanya. (Dian Penuntun edisi 18, halaman 243 – 244).
Tinggalkan Balasan