Renungan Minggu, 9 Oktober 2022
Bersyukur adalah sesuatu yang sebenarnya mudah tetapi sulit dilakukan. Bersyukur itu mudah dilakukan, tetapi seringkali manusia lupa untuk bersyukur atau berterima kasih. Entah karena menganggap sesuatu sepele, kurang menghargai pemberian, atau bisa juga karena orangnya tidak tahu terima kasih. Mengucapkan syukur atau terima kasih dengan mulut bisa-bisa saja, tetapi bersyukur dari hati dan dengan tindakan ternyata sulit dilakukan.
Mungkin kita sering lupa berterima kasih atau bersyukur, baik berterima kasih kepada orang lain maupun bersyukur kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari. Terima kasih atau syukur memang kelihatannya sepele dan kadang terlupakan, karena hal yang dianggap sepele biasanya akan mudah dilupakan. Karena itu jugalah kita mungkin sering lupa berterima kasih kepada orang lain.
Selain itu, ada factor lain juga yang dapat menyebabkan seseorang merasa berat berterima kasih. Salah satu yang menyedihkan adalah kurangnya rasa syukur atau terima kasih. Ekstremnya adalah tidak tahu terima kasih. Ini dikarenakan seseorang menganggap remeh jasa atau perbuatan baik yang dilakukan orang lain.
Misalnya, seorang anak yang sudah dirawat, diberi makan, disekolahkan oleh orang tuannya, lupa berterima kasih karena ia menganggap bahwa itu sudah menjadi kewajiban orang tuannya.
Ada juga orangtua yang ditolong anaknya dalam pekerjaan sehari-hari, kadang lupa berterima kasih atas pertolongan anaknya, karena merasa gengsi terhadap anaknya atau merasa bahwa itu sudah kewajiban anaknya untuk membantu orang tua.
Mungkin saja ada banyak jasa dan perbuatan baik yang lupa kita syukuri atau kita apresisasi. Untuk itu diperlukan jiwa besar untuk dapat menghargai jasa dan perbuatan baik orang lain. Kita perlu mengucap syukur atau berterima kasih karena kita adalah manusia yang tidak mungkin hidup tanpa pertolongan orang lain, terlebih Allah.
Ada banyak hal baik yang Allah lakukan, tetapi mungkin dianggap hal yang rutin dan biasa, sehingga manusia lupa bersyukur. Ada juga kemungkinan bahwa seseorang terlalu terfokus pada hal-hal yang buruk dalam hidupnya, sehingga ia tidak memperhatikan hal-hal yang baik dan akhirnya lupa bersyukur. Atau juga karena terlalu terpesona dengan kebaikan itu sehingga lupa berterima kasih. Yang paling parah adalah orang tersebut memang tidak tahu bersyukur.
Melalui teks leksionari Minggu ini, kita belajar dari sepuluh orang kusta yang ditahirkan oleh Yesus serta Naaman yang ditahirkan oleh Nabi Elisa. Melaluinya kita belajar untuk tahu berterima kasih dan selalu mengucap syukur kepada Allah. (Dian Penuntun Edisi 34).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 11:1-3
- KJ 445:1-2
- PKJ 200 (2x)
- Mazmur 111:1-4
- NKB 133:1&3
- PKJ 289:1,3
Tinggalkan Balasan