Renungan Minggu, 2 Oktober 2022
Hidup beriman setiap anggota keluarga Kristen sesungguhnya tidak lepas dari panggilannya sebagai orang percaya. Ia dipanggil untuk menjadi hamba yang melayani dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk di dalam keluarga. Ia hidup dalam penghayatan pribadi hamba yang melayani tuannya. Tentunya, tuan yang dimaksud dalam hal hidup beriman adalah Kristus.
Seorang hamba berupaya memenuhi keinginan dan kepentingan tuannya serta berusaha memberikan yang terbaik sebagaimana tuannya kehendaki. Tentu hal ini tidak mudah, karena hal tersebut bukan semata tentang ketekunan dan kerajinan melayani, tetapi juga membutuhkan keyakinan batin dan iman yang kuat untuk tetap berupaya melayani. Sebab seorang hamba juga menghadapi banyak pergumulan dan tantangan tersendiri.
Seorang hamba akan bergumul dengan dirinya, di mana ia harus menguasai keinginannya sedemikian rupa, untuk dapat hadir sebagai hamba yang mengutamakan keinginan tuannya. Seorang hamba juga bergumul dengan kesusahan dan beratnya pelayanan yang dilakukan, tetapi toh harus tetap dijalaninnya sebagai bentuk pelayanan yang sejati.
Penghayatan diri sebagai seorang hamba inilah yang akan memampukan seseorang untuk melayani dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan ucapan terima kasih apalagi balasan, sebab ia tahu bahwa itulah bagian yang harus dilakukannya, itulah sebabnya dibutuhkan iman yang kuat sebagai landasannya untuk melayani sepenuh hati.
Seorang hamba juga menyadari bahwa ia sebagai orang beriman tidak lepas dari pergumulan dan memiliki kerapuhan dalam dirinya saat menghadapi persoalan hidup. Tetapi ia adalah pribadi yang memiliki keyakinan besar bahwa Tuhan hadir di dalam pergumulannya dan tak membiarkannya sendirian menghadapinya. Sehingga ia menjadi orang yang berserah dan berharap kepada Tuhan dalam pergumulannya dan tetap memberikan yang terbaik sekalipun yang dihadapinya tidak mudah.
Dalam hal inilah, kita akan belajar lebih jauh mengenai bagaimana iman seorang hamba, yang secara khusus dapat kita terapkan di tengah-tengah kehidupan sebuah keluarga, dan mendapatkan peneguhan melalui Perjamuan Kudus. (Dian Penuntun Edisi 34).
Tinggalkan Balasan