Renungan Minggu, 30 Oktober 2022
Penghayatan hidup beragama tidak mudah memakai kalung salib di leher, mengikuti ibadah, berdoa di depan umum, menyebutkan identitas agama kepada orang lain. Hidup beragama lebih dari sekedar apa yang nampak sebab hidup beragama bukanlah polesan, bukan pula tentang kesan yang ditunjukkan kepada orang lain.
Menghayati hidup beriman seharusnya membawa perubahan dan perubahan itu bersifat personal dan sosial. Ya, itu artinya menjadi hidup yang berdampak bagi banyak orang sebagai refleksi hidup beriman, ini perjuangan yang sesungguhnya dari hidup beragama. Ritual keagamaan menjadi bermakna jika pada saat yang sama ritual itu hadir dalam perjumpaan dengan sesama di ruang pergaulan, kerja, pasar, dan dimanapun.
Bagi mereka yang melakukan ketaatan berritual namun tindakan kesehariaannya kepada sesama, buruk akan menjadi alasan yang meneguhkan bahwa melakukan ritual tidak ada gunanya. Sementara bagi mereka yang tekun memelihara ritual, menilai perbuatan-perbuatan baik itu kurang berharga karena tidak bersumber dari ekspresi iman (memelihara ritual).
Ketegangan dua sikap ini tidak akan membuat penghayatan hidup beragama kita menjadi lebih baik. Seharusnya keyakinan iman mendorong seseorang tekun memelihara ritual yang pada akhirnya menolong dia untuk mengarahkan hidup berdampak bagi kehidupan. (Dian Penuntun Edisi 34).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- NKB 5:1-2
- KJ 354:1-2
- KJ 451:1-2
- Mazmur 32:1-7
- PKJ 146:1,3
- PKJ 153:1-3
Tinggalkan Balasan