Renungan Minggu, 27 Oktober 2024
Menjalani kehidupan keluarga tentu bukan hal yang mudah. Tidak jarang kehidupan keluarga mengalami kondisi luka dan pergumulan. Ketika hal tersebut terjadi, tentu tidak mudah untuk dipulihkan.
Di dalam teori psikologi perkembangan, masa 0 sampai 5 tahun sangat menentukan karakter seorang anak kelak. Ketika seorang anak yang terluka oleh orang tuanya sejak kecil, luka tersebut sangat berpotensi membentuk karakter anak dalam pertumbuhannya.
Demikian pula ketika ada pergumulan yang harus dihadapi orang tua. Pergumulan tersebut tidaklah dapat dilepaskan dari pergumulan sang anak itu sendiri.
Kasus perceraian, misalnya tidak hanya membuat kedua pasangan terluka, tetapi anak-anak pun sangat mungkin menjadi korban perceraian orang tuanya. Oleh karena itu, setiap luka di dalam kehidupan keluarga sangat perlu untuk dipulihkan.
Melalui bacaan leksionari Minggu ini, kita akan belajar untuk melihat konsep Allah. Sang Pemulih, melalui mukjizat yang dilakukan oleh Yesus kepada Bartimeus (Markus 10:46-52).
Konsep Allah, Sang Pemulih, kemudian akan diperkaya melalui pemulihan yang Allah lakukan kepada bangsa Israel di dalam Yeremia 31:7-9, Mazmur 126, dan Ibrani 7:23-28.
Melalui kotbah yang didasarkan pada tafsiran leksionari tersebut, umat diharapkan untuk dapat menjalani proses pemulihan bersama Allah. Sang Pemulih, serta bersama keluarga. Dengan demikian, kehidupan keluarga dapat dipulihkan dan berjalan seturut dengan kehendak Allah. (Dian Penuntun Edisi 38).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- NKB 114:1-3
- KJ 40
- NKB 126:1-2
- Mazmur 126
- PKJ 288:1,3,4
- Ada Tuhan dalam Keluargaku
Tinggalkan Balasan