Renungan Minggu, 21 Oktober 2018
Siapa yang tidak senang diutamakan? Dalam situasi kehidupan sehari-hari, semua orang pasti ingin menjadi ‘nomor satu.’ Banyak perusahaan memberikan pelayanan bagi konsumennya agar merasa diprioritaskan. Para motivator selalu mengatakan “jadilah pemenang.”.
Tidak masalah sebetulnya dengan semangat untuk meraih prestasi dan keluar menjadi pemenang ini bisa membuat kita jatuh pada mental triumfalistik. Mental triumfalistik membuat kita selalu ingin menang dan menjadi nomor satu, semua harus di bawah kita, bahkan kalau perlu dengan cara apa pun.
Kita senang dengan predikat “Aku anak Raja – kamu bukan”, “Aku anak Terang – kamu anak gelap”, “Aku anak Tuhan – kamu anak Setan” yang menunjuk bahwa kita nomor satu, dan yang lain nomor terakhir. Sehingga kita menjadi orang-orang yang superior ekslusif bahkan dalam dunia pelayanan banyak orang melayani dengan mental ingin dilayani.
Sebagai keluarga pengikut Kristus, mari kita belajar untuk merendahkan diri, saling melayani satu dengan yang lain. Saling mendahulukan kepentingan anggota keluarga satu sama lain. (Dian Penuntun Edisi 26).
Tinggalkan Balasan