Renungan Minggu, 1 April 2018 – Paskah
Pada Minggu ini, kita merayakan Minggu Paskah untuk mengenang peristiwa kemenangan Kristus atas maut. Kita tidak lagi larut dalam dukacita. Suasana dukacita digantikan dengan suasana sukacita. Pengenangan akan penderitaan dan kesengsaraan Kristus telah berakhir. Teriakan “Hosiana” (Tolonglah kami!) berganti menjadi “Haleluya” (Puji Tuhan!). Pesta kemenangan kita rayakan dengan penuh rasa syukur, sebab harapan baru telah terbit. Karya penyelamatan telah Allah kerjakan bagi seluruh ciptaan-Nya.
Jika pagi (subuh) ini kita mengawali hari dengan bahagia karena ini hari Paskah; tidak demikian adanya bagi Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome. Injil Markus menggambarkan bahwa subuh itu, mareka sedang tidak bahagia. Ketidakbahagiaan mereka disebabkan oleh rasa duka dan cemas yang masih menghantui mereka. Peristiwa penyaliban Yesus masih membekas dan memengaruhi mereka dengan kuat.
Mereka menjadi saksi saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya (Mark 15:40). Mereka melihat dengan mata mereka sendiri saat tubuh Yesus dikuburkan (Mark. 15:47). Sosok Yesus yang selama ini mereka harapkan telah tiada. Mereka telah kehilangan Sang Guru dan Panutan mereka. Yang tersisa hanyalah rasa duka, cemas dan kuatir karena ancaman dan ketidakpastian yang akan mereka hadapi.
Di tengah kedukaan dan kecemasan yang mereka alami, Allah berkarya dalam hidup mereka. Peristiwa yang terjadi saat mereka pergi ke kubur Yesus menjadi bukti bagaimana Allah berkarya mendatangkan kelegaan bagi mereka. Karya Allah sebagai penyelamat yang mengoyakkan kain perkabungan, meniadakan maut, menghapus air mata, dan menghapus aib seluruh umat-Nya sebagaimana digambarkan dalam Yesaya 25:6-9, sangat kuat terasa dalam peristiwa kebangkitan yang dituturkan oleh Injil Markus.
Oleh karena itu, di tengah suasana sukacita Paskah hari ini, kita diajak melihat peristiwan yang terjadi seputar kebangkitan Kristus. Bagaimana Allah berkarya melepaskan para murid dari kecemasan yang mereka alami. (Dian Penuntun Edisi 25).
Tinggalkan Balasan