Renungan Minggu, 29 Juli 2012
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, salah satu makna dari kata ‘ajaib’ adalah ‘sesuatu yang tidak dapat diterangkan dengan akal’. Ketika melihat pada kehidupan kita menurut kacamata iman, maka kata ‘ajaib’ ini sering kita sebut juga ‘mujizat’. Mujizat adalah peristiwa yang melampaui akal pikiran manusia, dan terjadi karena kehendak dan kuasa Allah.
Ada banyak kalangan salah mengartikan mujizat. Mujizat dianggap sebagai peristiwa spektakuler yang terjadi tidak setiap saat dalam kehidupan manusia. Tetapi, kalau kita merenungkan sungguh-sungguh arti mujizat, kita akan memiliki pengertian yang berbeda. Peristiwa dalam kehidupan kita, langkah kita dari hari ke hari, kekuatan dan semangat dalam menjalani pergumulan – meski tak kunjung usai- bukankah kesemuanya itu dapat kita katakan melampaui akal pikiran kita? Keseharian hidup kita adalah mujizat, karena ada dalam rancangan Allah, kehendak, kasih, dan kuasaNya.
Di dalam kehidupan, yang adalah mujizat dari Tuhan inilah, kita dipanggil untuk berkarya menjadi alat Allah. Tugas kita bukanlah sekedar menadahkan tangan untuk meminta dan menerima berkat dari Tuhan, tetapi justru untuk membuka tangan, mengulurkannya bagi sesama. Dengan hal-hal yang sudah Tuhan taruhkan dalam kehidupan kita, kita diminta untuk memberi. Prinsip yang penting di sini adalah kita memberi karena kita sudah terlebih dahulu diberi. Tuhan sudah terlebih dahulu memberi kita, sehingga sebetulnya, berdasarkan pemberian Tuhan itulah, kita dimampukan untuk memberi.
Keajaiban dalam memberi adalah: dari kita yang terbatas, dengan pemberian yang terbatas pula, dapat Tuhan pakai untuk menjangkau sampai di luar batas pikiran manusia.
Tinggalkan Balasan