Renungan Minggu, 21 November 2010
Dalam kebaktian minggu ini selaku gereja, kita diperkenankan oleh Tuhan untuk merayakan Minggu Kristus Raja. Pesan atau tujuan pemberitaan firman cukup jelas, yaitu: umat percaya mempermuliakan Kristus sebagai Raja yang mencipta dan menguasai seluruh aspek kehidupan. Tepatnya yang menjadi sorotan utama dalam Minggu Kristus Raja ini adalah tulisan papan nama di atas kayu salibNya yang berbunyi, ”Inilah Raja orang Yahudi” (Lukas 23:38), dan perkataan seorang penjahat yang berada di sebelah salib Yesus yaitu: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:42).
Dalam pengertian ini, kita dapat melihat bahwa pada satu pihak terdapat pengakuan resmi walau dengan nada yang mengejek dari pemerintah Romawi kepada Tuhan Yesus sehingga di atas kayu salibNya tertulis: “Inilah Raja orang Yahudi”. Dan pada pihak lain, terdapat juga pengakuan dari seorang penjahat yang menaruh percaya kepada Tuhan Yesus, sehingga dia berkata menjelang ajalnya: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Dalam kehidupan jemaat/gereja, gelar Tuhan Yesus sebagai Raja sering dipahami dalam konteks tradisi kerajaan Romawi atau konsep kerajaan dunia ini. Itu sebabnya banyak umat Kristen memuliakan Kristus sebagai Raja ketika mereka merasa Tuhan memberikan kemenangan dalam usaha/pekerjaan, menaikkan jabatan dan karier, menyembuhkan dari berbagai macam penyakit, dan terpenuhinya berbagai harapan. Tentu sikap memuliakan Allah dan Kristus sebagai Raja dalam situasi yang membahagiakan dan kesuksesan tidaklah salah. Tetapi bagaimana sikap kita ketika kita berada dalam situasi yang sangat buruk, pahit dan menyedihkan?
Apakah kita juga mau dengan hati yang tulus dan penuh kasih memuliakan Kristus sebagai Raja justru ketika kita mengalami kesedihan, kegagalan dan penderitaan yang sangat berat?
Tinggalkan Balasan