Renungan Minggu, 20 Maret 2016 – Minggu Palma
Pada Minggu Palma kita menggunakan bacaan dengan Liturgi Palma, sekaligus Minggu Sengsara. Pada Minggu Palma kita melihat bagaimana Yesus dielu-elukan, namun pada Minggu Sengsara kita menyaksikan bagaimana Ia ditolak. Pada Minggu Palma kita menyaksikan bagaimana banyak orang menaruh harapan bahwa Yesus akan menjadi Mesias, Pembebas mereka. Namun pada Minggu Sengsara, orang banyak memperlakukan Ia bagaikan seorang penjahat. Bagaimana mungkin perubahan sikap yang sangat kontras ini dapat terjadi?
Sudah sejak lama kita tahu sikap manusia yang egoistis. Segala sesuatu berpusat pada kepentingan diri sendiri. Saat seseorang menguntungkan atau setidaknya berpihak pada kepentingannya, maka ia dipuja-puja. Sebaliknya, saat ia dipandang merugikan atau tidak berpihak membela kepentingannya, ia ditolak bahkan dianiaya.
Di tengah kondisi yang ambigu itu, Yesus datang, Ia tidak pernah berubah mengasihi manusia, meskipun manusia sangat mudah berubah. Di dalam Kristus kita menemukan kasih yang sejati, yang tak berubah oleh apapun. Melalui Kristus, kita belajar juga bagaimana mengasihi dan mentaati Allah tanpa syarat, dalam keadaan apapun.(Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan