Renungan Minggu, 27 Maret 2022 – Pra Paskah IV
Banyak orang mempercayai bahwa Tuhan adalah Allah yang Mahamurah dan Maha pengampun. Sayang, keyakinan ini sering terhambat oleh karena merasa diri terlalu berdosa, terlalu kotor untuk diampuni dan diterima kembali dalam relasi yang baik dengan Allah. Tuhan sebagai Bapa yang baik telah mengampuni kita, namun sering kali kitalah yang justru menghakimi diri sendiri.
“Ingatlah, ini bukan sesuatu yang logis, namun sesuatu yang emosional dan spiritual. Cinta tulus mencintaimu bukan karena kamu melakukan hal tertentu. Kamu tidak perlu menjelaskan apa pun. Untuk saat ini, kamu hanya perlu memahami, bahwa semuanya sudah dimaafkan. Ini adalah momen ah-hah untukku…” (Jackson Mackenzie, WholeAgain). Kalimat ini memang tidak ditujukan kepada figure Sang Bapa, namun saya meminjamnya dan mengarahkan kepada Sang Bapa yang setiap saat menyambut siapa saja yang ingin kembali pada dekapan-Nya dengan tidak memperhitungkan berapa pun pelanggaran mereka (bandingkan 2 Korintus 5:19).
Kita tidak perlu lagi bercerita, beralasan, membuat dalil atau menjawab, di hadapan-Nya. Itu tidak perlu dan tidak urgen. Yang mendesak diperlukan adalah tekad untuk kembali kepada-Nya. Bertobat! (Dian Penuntun Edisi 33).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 353:1-2
- PKJ 45:1&3
- PKJ 179:1-2
- Mazmur 32
- KJ 298:1,2,3
- Tak Dapat Kami Pahami Caramu
Tinggalkan Balasan