Renungan Minggu, 9 Juni 2013
Kemiskinan, penderitaan, sakit penyakit, problema kehidupan, masalah kepribadian, konflik dengan sesama merupakan suatu realitas kehidupan yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Ada sejumlah orang yang berusaha menghadapi setiap realitas hidupnya dengan keberanian dan kerja keras, tetapi ada juga yang menghindari dan terpuruk jatuh dalam kepahitan dan kegagalan hidup.
Kehadiran kasih Allah di tengah realitas hidup yang kelam seperti setetes air embun yang membasahi tanah tandus. Kasih Allah adalah suatu kekuatan supranatural yang membangkitkan dan menghidupkan kembali semangat yang hampir remuk.
Jika kasih Allah sangat didambakan dalam realitas hidup yang kelam ini, siapakah yang mau dan mampu menjadi pembawa kasih itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya sebagai orang Kristen, kita pun seringkali mengalami dan hidup dalam realitas kehidupan yang kelam. Bagaimana mungkin seorang yang sedang menghadapi masalah sekaligus menghadirkan kasih Allah kepada mereka yang berbeban berat. Mampukah orang yang berbeban berat menanggung orang yang berbeban berat?
Dilema hidup kristiani dialami oleh setiap orang Kristen sepanjang zaman. Kristus memanggil kita untuk menjadi pancaran kasih Allah tanpa syarat. Pemancar kasih Allah bukanlah mereka yang hidup tanpa masalah dan pergumulan. Pemancar kasih Allah bukanlah mereka yang sudah tidak memiliki air mata lagi. Pemancar kasih Allah adalah mereka yang masih hidup dalam realitas dunia yang kelam ini, tetapi masih memiliki hati yang bercahaya akan kasih Allah. Andakah itu?
Hotben Situmorang mengatakan
Kopas tetangga , semoga bermanfaat..
MUTIARA PAGI. “FILOSOFI HEDGEHOG”
Saat itu merupakan musim salju yg paling ekstrim di Kanada. Banyak binatang yang mati akibat beku dan dingin yang teramat sangat. Di daerah tersebut tinggal sekelompok hedgehog (hewan seperti landak).
Sekawanan hedgehog itu memutuskan untuk tinggal berkelompok dan secara bersama-sama menghuni sebuah gua agar mereka tetap hangat. Mereka mendekatkan diri satu sama lainnya, namun ketika mereka saling berdekatan, duri-2 tubuh melukai teman-teman terdekat mereka.
Setelah beberapa saat, mereka pun memutuskan untuk menjaga jarak satu sama lainnya agar terhindar dari luka. Mereka mulai merasa sendirian, beku dan akhirnya terancam kematian karena kedinginan. Hewan-hewan itu harus memutuskan menerima luka akibat duri-duri tubuh temannya, tetapi tetap hangat atau beku sendirian sehingga terancam kematian.
Sebagian terbesar dari hedgehog memilih untuk kembali dan bersatu dengan teman-temannya. Mereka pun belajar untuk hidup dengan luka-luka kecil akibat jarak yang sangat dekat dengan para sahabatnya supaya dapat menerima dan merasakan kehangatan. Cara inilah yang membuat mereka akhirnya selamat dan tetap hidup.
Saudaraku, dalam hidup ini hubungan yang terbaik bukan dengan cara membawa orang-orang yang sempurna dalam suatu kelompok, tetapi ketika semua individu belajar untuk hidup dengan ketidaksempurnaan orang lain dan meng-apresiasi semua kehangatan yang diberikan oleh teman-temannya. Hal inilah yang membuat hidup kita menjadi lebih “hidup” dan mampu bertahan dalam situasi atau lingkungan ekstrim sekali pun. Belajar dari kehidupan flaura dan fauna memang mengasyikkan, seakan Tuhan, meminta manusia untuk belajar dan belajar lagi agar instrospeksi diri.
Selamat pagi. Tetap SEMANGAT. Salam-OPH.