Renungan Minggu, 31 Mei 2015 – Trinitas
Saat ini gereja merayakan Minggu Trinitas, yaitu satu minggu sesudah hari raya Pentakosta. Setelah itu gereja akan merayakan Masa Minggu Biasa. Dengan demikian, Minggu Trinitas merupakan awal dari Masa Minggu Biasa. Seluruh perayaan pada Masa Minggu Trinitas sampai Minggu Kristus Raja diresapi oleh misteri dan keagungan Allah Trinitas yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus. Karena itu, kehidupan umat setiap hari secara etis-moral dan spiritual seharusnya diresapi oleh misteri keagungan Allah Trinitas. Secara khusus, Minggu Trinitas yang dirayakan gereja saat ini merupakan konteks bagi umat untuk memahami penyataan Allah di dalam Kristus dan Roh Kudus. Melalui Minggu Trinitas, gereja menegaskan kesaksian imannya bahwa seluruh karya Allah yang menciptakan, memelihara, menyelamatkan, dan membarui didasarkan pada tindakan Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus. Karya penciptaan alam semesta, bumi dan segala isinya bukan hanya karya Yahweh, Sang Allah Bapa, tetapi juga karya Bapa-Anak-Roh Kudus. Demikian pula, karya keselamatan dan penebusan bukan hanya karya Kristus, Sang Anak Allah, namun juga karya Allah Trinitas. Pembaruan oleh Roh Kudus adalah juga karya Allah Trinitas.
Pemahaman Trinitas kerapkali menjadi pengajaran yang membingungkan, karena kerapkali didasarkan pada pola pendekatan filosofis yang spekulatif. Melalui penyataan Allah yang khusus di dalam Kristus, misteri Allah sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus dinyatakan dalam karya keselamatan-Nya di tengah-tengah kehidupan umat. Dalam hal ini, Alkitab tidak mendekati misteri Allah Trinitas secara spekulatif, namun mempersaksikan Allah secara ekonomis, yaitu melalui tindakan dan karya penciptaan, pemeliharaan, penebusan, dan pembaruan/pengudusan Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus. Di Yohanes 14:9-10, Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”
Bila penyataan Allah secara trinitaris terjadi dalam kehidupan umat, seharusnya pengajaran Allah Trinitas menjadi landasan etis-moral dan spiritual umat dalam kehidupan konkret. Relasi Allah sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus yang saling mengasihi menjadi landasan relasi umat dengan sesama yang berbeda dan beragam. Perbedaan dan keragaman dalam kehidupan bersama harus disikapi melalui model relasi kasih Allah Trinitaris, sehingga di dalam iman kepada Bapa-Anak-Roh Kudus setiap umat menghadirkan keselamatan, damai-sejahtera, keadilan, dan keutuhan ciptaan. (Dian Penuntun edisi 20).
Tinggalkan Balasan