Renungan Minggu, 24 Mei 2015 – Pentakosta
Seperti apakah karya Roh Kudus dalam gereja? Ada banyak orang menunjuk pada hal-hal yang spektakuler, atau supranatural. Misalnya, mampu berbahasa Roh, dalam artian Bahasa Tuhan yang tidak dimengerti manusia. Tentu saja, hal itu tidak salah. Namun, sadarkah kita bahwa karya Roh ternyata tidak melulu yang spektakuler. Ada yang tidak spektakuler,alias natural, atau biasa-biasa saja. Ya, bahasa Roh yang muncul dalam kisah Pentakosta, sebagai contoh, adalah bahasa yang dimengerti oleh manusia, sehingga bermacam-macam orang dari berbagai tempat memahami apa yang dimaksudkan.
Karya Roh yang manusiawi itu juga dinampakkan dalam perkataan Yesus dalam Injil Yohanes. Yaitu, bahwa Roh yang datang adalah Roh yang akan memberikan penghiburan, dan menyadarkan manusia akan kesalahannya. Justru, karya semacam itulah yang perlu dihidupkan gereja Tuhan masa kini. Gereja perlu menghentikan dirinya dari upaya mengejar apa yang tampak spektakuler di mata dunia; Baik yang terkait dengan kuasa-kuasa supranatural maupun dengan pembangunan gedung gereja yang dicitrakan seumpama sorga. Pertanyaan buat gereja saat ini adalah, apakah dirinya mampu menjadi komunitas percontohan di dunia ini? Bukan sekedar gedungnya tetapi kehidupan umatnya. (Dian Penuntun edisi 19, halaman 317 – 318).
Tinggalkan Balasan