Renungan Minggu, 6 Mei 2018
Kasih adalah identitas kekristenan yang utama. Keselamatan dapat kita dapatkan karena kasih Allah. Kasih Allah yang merengkuh kita; membuat kita mengalami kasih; sehingga kita sanggup untuk mengasihi. Meskipun kita sering dengar soal ajaran kasih Kristus dan memahaminya. Tetapi pada kenyataanya, mempraktikkan ajaran kasih itu tidak semudah yang dibayangkan. Terlebih lagi saat kita berhadapan dengan orang yang menyakiti kita, lebih mudah membenci daripada mengasihi. Saat kita dikhianati dan dikecewakan, lebih mudah untuk mendendam daripada mengampuni.
Dunia ini sedang kritis. Albert Nolan dalam bukunya ’Jesus today’ mengatakan bahwa dunia ini sedang mengalami krisis individualis yang berarti makin banyak orang menjadi egois dan hanya peduli pada kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Hal itu membuat dunia ini makin mengalami krisis cinta kasih. Kasih tidak lagi tulus tetapi penuh dengan perhitungan, menjadi begitu terbatas dan terkotak-kotak, dendam dibalas dengan dendam, dan makin banyak luka yang ditimbulkan. Hal itu juga membuat dunia makin tidak ramah, orang begitu tertutup dan penuh prasangka terhadap orang asing.
Dalam Minggu Paskah VI ini, Kristus yang bangkit menyerukan panggilan kepada kita untuk menjadi sahabat-Nya sehingga kita bisa menjadi sahabat bagi dunia ini. Kristus telah menjadi sahabat yang mengasihi kita dan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Menjadi sahabat bagi dunia bukan berarti kita kehilangan identitas dan karakter kristiani serta larut dalam pengaruh jahat dunia, melainkan untuk menghadirkan kasih sebagaimana yang Kristus nyatakan selama Ia berada di dalam dunia ini. (Dian Penuntun Edisi 25).
Tinggalkan Balasan