Renungan Minggu, 26 Februari 2012
Pada zaman kini, banyak orang sudah muak terhadap janji. Secara bertubi-tubi masyarakat Indonesia secara umum telah dijadikan objek kebohongan dari para penguasa negeri ini; memanipulasi informasi dan memberi laporan palsu, tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang dikatakan. Belum lagi dalam dunia keseharian; dikhianati anggota keluarga, sahabat, dan rekan.
Kekecewaan terhadap janji-janji yang diingkari membuat manusia menjadi apatis terhadap janji. Orang menjadi tidak peduli terhadap perkataan sesamanya. Rasa tidak percaya dan saling mencurigai menjadikan manusia semakin jauh dari kasih terhadap sesama.
Di dalam kekristenan ada banyak janji Tuhan ditemui dalam Alkitab. Janji Tuhan juga menjadi pokok pikiran dari setiap khotbah yang diperdengarkan. Realita tentang janji yang dimengerti manusia dalam kehidupan kesehariannya tentunya sangat berpengaruh pada respon umat dalam memegang dan mempercayai janji Tuhan dalam kehidupan mereka. Dapat dibayangkan betapa sulitnya mengajak umat mempercayai janji Tuhan di tengah dunia yang ingkar janji.
Ada janji Tuhan dalam Alkitab yang sudah tergenapi, ada juga yang sedang tergenapi dan yang belum digenapi. Mengingat dan mempercayai janji Allah membuat umat dimampukan untuk mengingat kebaikanNya dan dikuatkan untuk menjalani kehidupan ini.
Di minggu Pra-Paskah ini kita kembali diajak untuk mengingat dan mempercayai janji Allah. Satu hal yang harus kita imani bersama; bahwa Allah tidak pernah mengingkari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Ketidaksabaran kita dalam menanti janji itu tergenapi menjadikan kita meragukan Allah untuk menggenapi janjiNya. Kiranya, di minggu ini, sekali lagi Tuhan menambahkan iman pengharapan kita terhadap penyertaan dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup keseharian kita.
Tinggalkan Balasan