Renungan Minggu, 25 Februari 2024 – Pra Paskah II
“Jalan serta Yesus, jalan serta-Nya setiap hari,
jalan serta Yesus, serta Yesus selamanya.
Jalan dalam suka, jalan dalam duka, jalan serta-Nya setiap hari.
Jalan serta Yesus, serta Yesus s’lamanya”.
Lagu “Jalan Serta Yesus” adalah salah satu lagu sekolah minggu yang pasti sudah sangat dihafal. Lagu itu biasa dinyanyikan dengan riang disertai permainan yang membawa suasana menyenangkan. Namun lagu tersebut tidak menggambarkan sesungguhnya kehidupan seorang saat ia menjadi pengikut Yesus serta berjalan bersama Yesus.
Saat berjalan bersama Yesus, para pengikut-Nya bukan saja akan merasakan suka dan duka, tetapi juga masuk dalam penderitaan sebagaimana yang dialami-Nya. Bahkan berjalan bersama Yesus membuat para pengikut-Nya harus menyangkal diri dan memikul salib.
Sebuah perjalanan yang tidak semudah yang dikatakan atau dinyayikan. Sebab umat bukan hanya berjalan bersama Yesus, namun harus disertai hati yang sungguh mau merendahkan diri dan mau melepaskan keakuan diri atas segala keinginan atau kehendak diri.
Di tengah kehidupan manusia yang selalu mencari kesenangan diri dan berbagai kemudahan, ajakan Yesus untuk mengikut-Nya, menyangkal diri dan memikul salib, bahkan turut dalam penderitaan-Nya jelas bukanlah pilihan yang populer. Apalagi jika harus menderita untuk orang lain.
Sulit menemukan orang yang mau menjalani penderitaan untuk kebaikan orang lain. Yang ada justru membiarkan orang lain menderita demi kepentingan dirinya sendiri. Orang-orang seperti ini akan memandang penderitaan sebagai sesuatu yang harus dijauhi dan dihindari.
Jalan penderitaan yang ditempuh Yesus itulah yang justru membawa keselamatan bagi manusia. Yesus menunjukkan bahwa penderitaan bukan sesuatu yang harus dihindari. Tetapi juga bukan sesuatu yang harus terus menerus dirasakan sehingga mencari-cari hal yang bisa membuat menderita.
Penderitaan yang dialami Yesus menjadi cara-Nya untuk menebus manusia dari kuasa dosa. Penderitaan itu juga mengajar para pengikut-Nya untuk merendahkan diri dan tunduk pada kehendak dan rencana Allah. Hal ini berarti berjalan seturut pikiran Allah yang ter-kadang berbeda dengan cara berpikir manusia.
Petrus gagal memahami hal ini. Bagi Petrus, penderitaan harus dihindari, tidak boleh dialami oleh Yesus. Sehingga Yesus menegurnya. Cara berpikir Tuhan berbeda dengan cara berpikir manusia. Jalan penderitaan yang ditempuh Yesus adalah cara-Nya untuk menuju keselamatan abadi bagi manusia. Hanya dengan demikianlah janji Allah digenapi untuk umat manusia.
Minggu Prapaskah II ini, mengajak umat untuk kembali menghayati arti menjadi pengikut Yesus yang berjalan bersama Yesus dan bersungguh-sungguh di dalam penyangkalan diri, dalam memikul salib ditengah pergumulan hidup yang dijalani. (Dian Penuntun Edisi 37).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- Bukalah Hati Kepada Tuhan
- KJ 159:1,3,5
- KJ 157:1-2
- Teruslah Berkarya, Tuhan Sudah Buka Jalan
- Mazmur 22:23-32
- KJ 363:1,2,4
- NKB 125
Tinggalkan Balasan