Renungan Minggu, 13 Maret 2016 – Pra Paskah V
Pembaruan hidup merupakan proses spiritualitas yang tidak boleh berhenti atau selesai. Pertobatan bukan sekedar peristiwa pembaruan yang merespon anugerah keselamatan Allah di masa lampau, tetapi juga di masa kini. Saat pertobatan berhenti, maka iman terputus dan tidak mampu menyambut karya Allah di masa kini. Iman seharusnya bergerak secara sinambung dari masa lampau ke masa kini dan menggapai janji Allah di masa mendatang. Kesinambungan sikap iman tersebut akan memampukan umat untuk bertahan dalam kesetiaan, konsistensi etis, dan ketabahan dalam menghadapi godaan dunia. Namun kenyataannya, betapa sering kita terjebak pada romantisme iman di masa lampau, sehingga tidak peka dan jeli dengan kehadiran dan karya Allah yang terjadi pada situasi kini.
Kita hanya mengulang-ulang pola ritual yang tertib tanpa sikap iman dan kasih, sehingga terjebak secara mekanistis dan rutinistis. Maria dari Betania mengungkapkan kasihnya kepada Kristus dengan cara otentik dan tidak terduga Ia mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu dan menyekanya dengan rambut. Sebaliknya tokoh Yudas Iskariot menilai sikap Maria dari Betania sebagai tindakan pemborosan belaka. Yudas mempersoalkan ungkapan iman dan kasih Maria dari Betania dari persepsi subyektifnya. Karena ia mempunyai motif yang tidak jujur dalam dirinya.
Jalan baru pertobatan dalam konteks ini secara khusus ditujukan kepada Yudas Iskariot. Selain karena Yudas Iskariot tidak jujur dan manipulatif, dia juga menghianati Yesus. Dalam konteks ini, seharusnya Yudas Iskariot mau belajar dengan rendah hati spiritualitas yang dimiliki Maria dan Betania. Apakah perilaku dan karakter kita dalam kehidupan sehari-hari lebih cenderung seperti Yudas Iskariot daripada seperti Maria dan Betania? Pada Minggu Prapaskah V ini, kita perlu menguji diri dan semakin kritis agar kehidupan kita mengalami proses perubahan yang signifikan. Dengan kerahiman-Nya kita berharap agar mampu menyatakan sikap iman dan kasih yang lebih otentik, berkenan, dan menyentuh hati Tuhan. (Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan