Renungan Minggu, 23 Desember 2012 – Minggu Adven IV
Orang yang miskin dan rendah tidak berarti orang yang berkekurangan secara materi. Orang yang berkecukupan bisa saja mengalami kemiskinan perhatian yang jujur. Orang seringkali berusaha berteman dengan orang yang berkelebihan secara materi karena memiliki kepentingan dengannya.
Di pintu-pintu gang perumahan elit ataupun perkampungan, kita seringkali menemukan papan bertuliskan: “Pemulung dilarang masuk”. Kebiasaan ini tentu bukan sekedar tren, tetapi menyiratkan kesan bahwa masyarakat semakin menentang keberadaan para pemulung/kaum bawah.
Orang seringkali memandang negatif kaum bawah, orang rendahan, atau kaum pinggiran. Ada yang menganggap mereka tidak tertib, suka melanggar peraturan, bahkan mengurangi keindahan. Dalam kenyataan sehari-hari, ada orang yang jarang tersentuh ketika melihat banyak kaum pinggiran dan orang-orang yang tidak berdaya mengalami “penindasan”. Pihak yang berwenang sering kali membuat kebijakan-kebijakan yang mengabaikan kepentingan dan hak-hak kaum lemah ini. Pemerintah menyingkirkan mereka dengan alasan mengurangi keindahan kota, mengganggu ketertiban umum, atau tempat tinggal mereka tidak sesuai dengan tata kota. Orang beriman tentunya bisa mempertanyakan, mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi pada mereka?
Penginjil Lukas memberikan gambaran pada para pembacanya mengenai Tuhan yang memilih para hambaNya dari kaum rendahan. Ia menunjukkan betapa orang kalangan bawah sangat senang ketika mendapatkan perhatian. Mereka menyambut dengan penuh sukacita dan hati yang berserah ketika mendapatkan kepercayaan untuk melakukan tugas atau tanggung jawab tertentu. Di sisi lain, penulis Injil Lukas juga menunjukkan bagaimana Tuhan menentang orang yang arogan. Tuhan lebih memihak kepada kaum rendah daripada kepada para penguasa.
Keindahan dan ketertiban seharusnya tetap bisa berpihak kepada kaum bawah, bukannya menyingkirkan mereka. Bila Tuhan datang ke dunia untuk memperhatikan dan memberikan kepercayaan kepada kaum bawah/rendah ini, mengapakah kita tidak bisa melakukan hal yang sama? Betapa indahnya membuat orang rendahan bersuka cita karena perhatian kepedulian, dan empati kita.
Tinggalkan Balasan