Renungan Minggu, 14 Juni 2015
Beberapa orang terpaksa menggunakan kacamata agar mampu melihat dengan jelas. Alat kacamata dibutuhkan untuk melihat khususnya bagi orang-orang yang bermasalah dengan penglihatan inderawi pada jarak dekat atau jarak jauh. Secara rohaniah, kita juga membutuhkan iman yang memiliki mata-hati sehingga mampu memandang, menilai, dan menafsirkan realitas kehidupan secara lebih utuh dan berkualitas. Namun sikap iman tidak secara otomatis mampu membawa pembaruan bagi pemeluknya. Bisa terjadi iman mendorong pemeluknya untuk menjadi seseorang yang fanatik dan membabi-buta, memusuhi orang-orang yang berbeda keyakinan, melakukan tindakan radikal-anarkis, membenarkan kekerasan dan kekejaman, dan sebagainya.
Dalam menjalin relasi dengan sesama kita juga sering menilai sesama dengan penilaian yang dilandasi oleh sikap curiga, iri hati, benci, serakah, dan dendam. Karena itu penilaian kita menjadi sikap yang cenderung menghakimi dan mencari kesalahan orang lain. Penilaian tersebut didasarkan pada besarnya kapasitas rohani yang kita miliki. Apabila kapasitas rohani kita dangkal, maka kita melihat kedalaman rohani orang lain secara dangkal. Sebaliknya apabila kapasitas rohani kita cukup dalam, maka kita akan melihat keterbatasan rohani orang lain dengan sikap berempati dan kerinduan untuk bersama-sama mengalami kekayaan rohani.
Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 mengembangkan suatu teori tentang “Jendela Johari.” Sebab melalui “Jendela Johari” setiap orang diajak memahami: 1). Area Terbuka yaitu kita mengenal diri sendiri dan publik juga mengenal diri kita, 2). Area Buta yaitu kita tidak mengenal sebagian diri kita namun orang lain mengetahuinya, 3). Area Tersembunyi yaitu kita mengenal sebagian diri kita dan sengaja kita berusaha orang lain tidak mengenal bagian kepribadian kita tersebut, 4). Area Rahasia adalah kita tidak mengenal sebagian dari kita dan orang lain juga tidak mengenalnya.
Dengan pembaruan oleh Roh Kudus kiranya kita dimampukan untuk melihat segala sesuatu secara utuh sebagaimana Tuhan memandangnya agar hidup kita boleh memuliakanNya. (Dian Penuntun Edisi 20).
Tinggalkan Balasan