Renungan Minggu, 4 Mei 2014 – Paskah III
Iman Kristen dilandasi oleh pemahaman dan keyakinan bahwa Allah melalui Kristuslah yang berprakarsa menyelamatkan manusia dari kebinasaan hidup karena dosa, dan dengan demikian memulihkan harkat serta martabat hidup mereka sebagai ciptaan baru. Seluruh hidup dan karya Yesus Kristus – termasuk di dalamnya penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya – menunjukkan upaya keras Tuhan mewujudnyatakan rencana-Nya. ini sebuah anugerah; pemberian yang bergantung kepada kehendak dan kemauan Allah semata-mata.
Orang yang beriman kepada Kristus tidak perlu lagi melakukan upaya semisal memberikan korban persembahan atau sesaji supaya Tuhan berkenan ditemui seperti pada semangat para penyembah berhala. Begitupun ketika orang yang beriman kepada Kristus hidup benar, maka itu tidak dalam rangka memperoleh selamat, dan kasih dari Tuhan lagi. Tidak dalam rangka mengumpulkan ‘tabungan surgawi’ atau ‘pahala’ yang pada waktunya akan diakumulasikan dan menentukan orang masuk ke sorga atau tidak.
Ada respon yang diharapkan dari orang yang beriman kepada Kristus yaitu bahwa orientasi atau arah kehidupan mereka berubah dari egosentris – tertuju kepada diri sendiri dengan segala kepentingannya, salah satu ciri kehidupan berdosa – menjadi Teosentris atau Kristosentris – terarah kepada Allah atau Kristus. Artinya semua hal yang menjadi kehendak dan keinginan Tuhan kemudian menjadi kehendak dan keinginan semua orang yang beriman kepada Kristus, dan hal ini mewujudnyata dalam praksis kehidupan konkrit mereka sesehari. Hidup dengan kehidupan yang sudah menjadi lebih Teosentris atau Kristosentris yang tulus menjadi bentuk rasa terimakasih atau rasa syukur atas keselamatan dan kesejahteraan yang sudah dikaruniakan oleh Kristus. (Dian Penuntun, Edisi 17).
Tinggalkan Balasan