Renungan Minggu, 27 April 2014 – Paskah II
Peristiwa Paskah tidak akan menjadi istimewa jika para murid tidak mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Sebaliknya, perjumpaan para murid dengan Yesus yang bangkit, menjadikan peristiwa Paskah bukan sekadar momen yang biasa. Di situlah kebangkitan Yesus itu menjadi terasa.
Keempat bagian Alkitab tersebut bermuara pada satu hal, yaitu perjumpaan dengan Kristus yang bangkit adalah perjumpaan yang mengubah hidup dan kehidupan murid-murid-Nya. Diawali dengan penuturan Yohanes dalam narasi Injilnya. Yesus yang bangkit menjumpai para muridNya untuk membangkitkan mereka kembali dan memberikan tugas pada mereka. Tidak ada tugas yang dapat mereka lakukan kalau mereka tetap larut dalam ketakutan. Mereka harus mengalami transformasi diri. Perjumpaan yang mengubahkan inilah yang membawa mereka berani untuk membuka diri.
Gereja di masa kini tak dapat dipungkiri hidup berdasarkan iman atas pemberitaan para murid yang telah melihat Yesus yang bangkit. Di sinilah titik kritis terjadi. Pemberitaan para murid tentu bisa saja memunculkan iman dalam diri kita, namun perjumpaan pribadi dengan Yesus yang bangkit, maka iman yang muncul tersebut tidak kuat mengakar.
Sehubungan dengan itu, umat di masa kini yang mendengarkan kembali kisah perjumpaan dengan Yesus yang bangkit, dipanggil untuk juga dapat mengalami perjumpaan denganNya sehingga bisa memunculkan perubahan hidup yang dikehendakiNya. (Dian Penuntun edisi 17, halaman 327 – 328).
Tinggalkan Balasan