Renungan Minggu, 11 Agustus 2013
Hidup beriman tidak selamanya menyenangkan. Mengapa? Menjalani hidup sebagai orang beriman seringkali mendapat penolakan dari lingkungan sekitar kita. Penolakan itu terjadi oleh karena situasi dan keadaan zaman kini lebih banyak berpihak pada kehidupan yang bertentangan dengan pengajaran iman. Iman diperlukan oleh orang yang membutuhkan kekuatan dalam pergumulannya, penghiburan dalam kedukaannya, sebagai dasar dalam pengambilan keputusannya. Tetapi sebaliknya, pengajaran iman dianggap mengganggu oleh orang yang sedang mengambil keputusan yang bertentangan dengannya, yang menikmati kesenangan dengan cara yang tidak sesuai dengannya.
Iman juga seringkali dipahami secara dangkal. Ornamen dan atribut keagamaan yang dipergunakan oleh kebanyakan orang beragama seringkali tidak dipergunakan untuk yang semestinya. Apa yang tampak di luar tidak tercermin pada apa yang dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Ironisnya, seringkali atribut dan ornament keagamaan dipergunakan untuk sekedar menjadi ‘kedok’ bagi perbuatan yang bertentangan dengan iman.
Apa pun sikap manusia terhadapnya, iman tidak pernah berubah. Iman telah membuktikan – dalam sejarah manusia – bahwa ia diperlukan. Agama apa pun, dengan istilah yang berbeda sekalipun, selalu memberikan makna yang kuat dalam soal iman. Manusia yang mau bermanfaat dalam hidupnya sangat membutuhkan iman.
Kekuatan iman dalam kehidupan manusia modern seringkali ‘ditumpulkan’ oleh berbagai keinginan manusia, godaan-godaan yang menggiurkan perubahan gaya hidup yang tidak disikapi dengan bijaksana, kemajuan-kemajuan teknologi yang dapat memudahkan manusia yang membuat manusia seolah pemilik masa depan hidupnya, dll. Manusia modern saat ini berada pada gelombang perubahan total yang ketiga, yang dikatakan Alvin Toffler sebagai perubahan revolusioner. Pada zaman ini manusia dapat berkomunikasi dengan sangat cepat lintas benua. Dulu mengirim pesan lewat burung dara, di era digital sekarang ini, cukup dengan menyentuh layar, maka pesan terkirim dengan sangat cepat di udara.
Perubahan zaman mengubah pula cara manusia beriman. Iman manusia modern seringkali ditentukan pada apa yang terlihat dan dirasakan saat ini, kini, dan dalam waktu sekejap. Iman manusia modern seringkali tidak memberikan kesempatan manusia untuk berada dalam sebuah proses. Proses beriman memang bisa menyakitkan, mendatangkan kepedihan, dan penderitaan. Semua itu hanya jalan, dan sebuah proses, bukan kata akhir. Ia berjalan menuju kemenangan, kedewasaan, dan pengenalan akan kehendak Tuhan. (Dian Penuntun Edisi 16, halaman 129-130).
Tinggalkan Balasan