Renungan Minggu, 9 Oktober 2016
Iman menjadikan wajah kemanusiaan dipulihkan. Wajah kemanusiaan rusak oleh perilaku manusia yang mengabaikan Tuhan dan sesamanya karena manusia telah merasa menjadi makhluk yang mandiri (otonom). Dalam perasaan yang otonom itu, manusia membuat pemisah atas nama banyak hal. Atas nama suku. Atas nama golongan miskin dan kaya. Atas nama gender. Atas nama politik. Atas nama agama. Atas nama denominasi dan pandangan terhadap keyakinan tertentu. Atas nama hobi dan sebagainya.
Saat ini pemisah makin kentara dengan dukungan sarana-sarana komunikasi. Sarana komunikasi yang mestinya menjadi piranti untuk membangun hidup bersama, yang terjadi justru sebaliknya. Alat komunikasi menjadi sarana propaganda kebencian, pemecah belah hidup bersama. Hilangnya kepedulian adalah rusaknya wajah kemanusiaan. Ketika wajah kemanusiaan rusak akibat hidup yang saling mengabaikan, bagaimana kita memaknai iman dan keselamatan? Iman dan keselamatan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan yang peduli antar sesama manusia.
Inilah pesan Injil dalam Lukas 17:19 yang kita renungkan. “Imanmu telah menyelamatkan engkau”, ucapan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada orang Samaria yang dipulihkan-Nya. Pemulihan menjadikan orang Samaria itu mampu menemukan kembali wajah kemanusian yang utuh. Selama ia sakit ia diasingkan oleh sesamanya. Ketulusannya berterimakasih kepada Yesus menjadi teladan bagi kita dalam menghayati karya keselamatan Allah. (Dian Penuntun Edisi 22).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PPK 8:1-3
- NKB 17:1-3
- KJ 354:1-2
- PKJ 128:1-3
- PKJ 216
- KJ 318:1-2
Tinggalkan Balasan