Renungan Minggu, 26 Desember 2021
Merawat dan membesarkan anak-anak, seringkali membuat orang tua tak menyadari bahwa anak-anak pada waktunya telah bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri. ‘Tak terasa, anak saya sekarang sudah mau SD, rasanya baru kemarin dulu saya melahirkannya’, tak disangka, kini anak kami sudah wisuda, padahal tingkahnya masih seperti anak kecil saja, atau ‘terharu, sebentar lagi kami hendak menikahkan anak kami, sepertinya baru kemarin dulu kami menggendong-gendongnya’ adalah sedikit dari banyaknya ungkapan orang tua, bahkan keluarga besar tentang anak-anak yang bertumbuh.
Sepertinya, anak-anak terlalu cepat menjadi dewasa. Waktu begitu cepat berlalu. Masa kecil anak-anak tak dapat diulang. Namun di sinilah justru makna menjadi orang tua, membesarkan anak-anak dengan seluruh curahan kasih sayang, memberikan yang terbaik, untuk kemudian suatu hari membiarkan mereka pergi. Ketika anak-anak telah menjadi dewasa, di situlah kekuatan hari para orang tua ditantang, untuk rela melepaskan anak mereka untuk mandiri, membuat keputusan untuk diri mereka sendiri, serta membangun kehidupan yang berbeda.
Ibadah Minggu di hari ini membawa kita pada suasana itu. Yesus terasa terlalu cepat menjadi dewasa. Secara liturgis, kita baru saja merayakan Natal dan menyambut kehadiran Sang Bayi Mungil yang berada dalam balutan lampin. Hanya berbeda satu hari, maka pada hari ini kita merenungkan masa kanak-kanak Yesus ketika la berumur 12 tahun di bait Allah.
Sebuah lompatan cerita yang sangat besar. Sekalipun ada berbagai teks lain yang menceritakan masa kecil Yesus, termasuk bahwa dalam usia 8 hari la dibawa ke Yerusalem, namun bacaan leksionari kita meloncat kepada bagian masa kanak-kanak Yesus. Sebuah loncatan waktu yang terasa begitu cepat, seperti terasa begitu cepatnya anak-anak bertumbuh menjadi dewasa.
Membaca kembali kisah Yesus di usia 12 tahun, membawa kita untuk merenungkan kisah rentang hikmat yang dimiliki-Nya. Darimana hikmat itu? Hikmat yang dimiiki Yesus sudah terlihat dari masa kanak-kanak-Nya. Hikmat itu bukan datang dari didikan Maria dan Yusuf, maupun sistem pendidikan yang ada pada masa itu. Hikmat itu berasal dari Allah, Sang Bapa yang telah mengutus Yesus datang ke dalam dunia. (Dian Penuntun Edisi 32).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 118
- NKB 60:1-2
- KJ 125:1,2,4
- Mazmur 148
- KJ 127:1-4
- Sukacita Lahir
Tinggalkan Balasan