Renungan Minggu, 1 Januari 2012
Dunia kita memiliki banyak mitos tentang Tahun Baru, salah satunya adalah mitos dari Cina. Konon, gegap gempita perayaan memasuki Tahun Baru dengan aneka petasan, kembang api, musik yang keras, sebenarnya merupakan cara mengusir setan-setan dan kuasa jahat lainnya, yang datang untuk mencuri keberuntungan yang ada di tahun yang baru.
Melalui mitos ini, kita dapat membaca pesan yang ada di dalamnya, yaitu selain sukacita, perasaan lain yang ada dalam diri manusia ketika memasuki tahun yang baru, adalah kecemasan. Cemas tentang hal-hal yang buruk yang bisa saja terjadi di tahun yang baru. Tentu saja keadaan yang buruk ini akan mempengaruhi aspek kehidupan manusia dari bisnis, kehidupan rumah tangga, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu menjelang Tahun Baru banyak ramalan atau prediksi keadaan di tahun baru. Namun ramalan atau prediksi tersebut tetap saja merupakan hasil pemikiran manusia yang terbatas. Tidak heran pada kenyataan ramalan atau prediksi tersebut tidak terjadi ketika kita telah menjalani hari-hari di tahun tersebut. Hal ini menunjukan ketidakmampuan menusia mengendalikan atau mengatur masa depannya. Masa depan manusia ada di dalam tangan Tuhan.
Betapa pentingnya bagi kita “membaca” keadaan di tahun yang baru dalam perspektif Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Apabila kita berupaya memakai perspektif Allah dalam menjalani kehidupan ini, maka kita tidak perlu merasa cemas, kuatir, atau takut akan masa depan. Pada saat hidup kita terarah kepada Allah, kita akan menjalani Tahun Baru dengan menghasilkan buah dan berkat bagi sesama. (Dian Penuntun)
Leksionari Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- NKB 47a:1-3
- NKB 42:1-3
- NKB 73:1,3
- NKB 49:1,3
- NKB 167:1-3
- NKB 83 (Perjamuan Kudus)
- NKB 129:1,3
Tinggalkan Balasan