Renungan Minggu, 30 Mei 2021 – Trinitas
Hari ini kita merayakan minggu Trinitas, yaitu seminggu setelah Pentakosta. Minggu ini juga sekaligus menjadi minggu terakhir dalam rangkaian Paskah sebelum kita memasuki minggu biasa.
Pengajaran tentang Allah Tritunggal bukanlah pengajaran yang mudah untuk disampaikan mengingat keterbatasan kita untuk membahasakan relasi Allah yang sedemikian tak terjangkau oleh nalar.
Beberapa teolog mencoba membahasakan Allah Tritunggal dengan menggunakan bahasa kiasan agar mudah diterima, namun juga tak ada yang mampu membahasakannya dengan sempurna. Meskipun kita tak bisa memahami secara utuh namun kita bisa merasakannya.
Perhatikan bagaimana komentar Yesus kepada Nikodemus saat Yesus berbicara tentang dilahirkan kembali dan Nikodemus tidak mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Dia mengatakan: “Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi.” (Yohanes 3:8)
Meskipun kita tak akan bisa memahami tentang Allah Trinitas namun kita bisa merasakan dorongan kasih-Nya yang luar biasa atas manusia. Dalam kasih Allah yang luar biasa atas manusia maka Dia menganugerahkan putra tunggal-Nya bagi umat manusia agar memperoleh hidup kekal. Meskipun manusia tinggal dalam dosa, namun itu pernah membuat Allah membuat jarak.
Justru Dia mendekatkan diri kepada Manusia dan memberikan berita pengampunan. Tak hanya disitu saja, dalam kehidupan manusia yang punya kecenderungan untuk menjadi serupa dengan dunia maka Allah tak pernah berhenti untuk menyertai manusia dalam perjalanan hidupnya dalam kehadiran Roh Kudus. Meskipun di sini seakan-akan Allah bertindak masing-masing namun sesungguhnya tak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Kasih Allah yang besar inilah daya pendorong kita untuk hidup di dunia ini. Di tengah-tengah kebencian, kekerasan, kejahatan, dan penindasan, maka panggilan kita meneladani Allah Trinitas untuk hidup dan menghidupkan kasih.
Menghidupi dan menghidupkan kasih bukan hanya saat menguntungkan dan mendatangkan kebaikan bagi kita semata, namun saat sebaliknya kita tetap menhidupi dan menghidupkan kasih. Menghidupi dan menghidupkan kasih tak akan pernah bisa terwujud dalam pendekatan perhitungan ekonomi namun dalam relasi yang dalam dengan Allah Trinitas. (Dian Penuntun 32).
Tinggalkan Balasan