Renungan Minggu, 8 Maret 2020 – Minggu Pra-Paskah 2 dan HUT Ke-26 GKI Harapan Indah
Lukas 17:7-10 Yesus menceritakan perumpamaan tentang tuan dan hamba untuk memberikan perspektif baru tentang arti menjadi seorang hamba kepada murid-murid-Nya. Terlebih itu Tuhan ingin agar para murid sebagai pengikut Kritus memiliki hati seorag hamba. Karena mereka berulang kali membicarakan siapa yang terbesar di antara mereka dalam Kerajaan Surga.
Kata hamba berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani) atau ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, orang yang tidak punya hak sama sekali, orang yang tidak boleh membantah bantahan perintah tuannya, Orang yang menyerahkan segala “hak pribadi” nya secara penuh kepada tuannya, orang bersedia yang diatur oleh tuannya. Melalui Lukas 17:7-10 minimal ada tiga hal yang dapat kita pelajaran tentang seorang yang memiliki hati hamba:
1. SEORANG YANG HANYA MENJALANKAN TUGAS
Seorang hamba adalah orang yang hanya menjalankan kehendak tuannya. Jika si hamba ini telah menjalankan satu tugas bukan berarti dia bisa santai, Jika dia sudah membajak atau menggembalakan ternak bagi tuannya, dan jika tuannya meminta tugas yang lain lagi,: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai … sang hamba tidak bisa mengatakan ‘aku tidak mau, tuan!” . Tidak ada istilah ‘tidak mau”. Ia harus melakukan apapun permintaan tuannya.
Sebab ia telah dibeli memang untuk itu. Kemudian Yesus memberikan kesimpulan “Demikian jugalah kamu, apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan (lihat Lukas 17:10).
2. SEORANG YANG SADAR AKAN STATUSNYA
Seorang yang memiliki hati hamba adalah seorang yang tahu diri, ia tidak menuntut tuannya untuk berterima kasih kepadanya. Ia tidak mengharapkan pujian. Ia selalu sadar bahwa statusnya seorang hamba! Ayat 10 dilanjutkan seperti ini, “Hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak layak (unworthy); kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” — kami adalah hamba-hamba, kami adalah hamba yang tidak berguna, Pengertian “hamba-hamba yang tidak berguna” bukan dalam arti kita adalah orang yang sama sekali tidak berguna, Disini mau mengingatkan kita bahwa Kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa tanpa anugerah Tuhan …jika kita dapat melayani itu adalah anugerah Allah kepada kita.
3. SEORANG YANG TAHU BERTERIMA KASIH
Lukas 17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Apapun yang dikerjakan oleh seorang hamba, sekalipun pekerjaannya baik/ luar biasa baiknya maka tuannya tidak mungkin mengucapkan terima kasih apa-apa, sebab memang kondisinya demikian. Ia dibeli untuk itu. Justru hamba itu yang harus berterima kasih, karena menjadi hamba dari tuan tersebut … sekalipun ia harus melakukan apa yang menjadi tugasnya, sepanjang hari, dari pagi sampai malam hari melayani tuannya … tetap ada bagian yang telah diterimanya … makan, minum dan istirahat.
Semoga melalui Kebaktian Penyegaran Iman ini, kita semua mau memiliki hati seorang hamba, sebagai respon kita atas anugerah Tuhan yang telah memimpin perjalanan pelayanan GKI Harapan Indah selama 26 tahun. Tuhan memberkati kita semua. hs/hs.
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- NKB 34:1-2
- NKB 111:1,3,5
- Mazmur 31:1-6
- PKJ 264
- Mengenal-Mu
- Dengan Apa ‘kan Ku Balas
- PPK 201 / KPPK 354
Tinggalkan Balasan