Renungan Minggu, 17 November 2013
Gagasan mengenai akan datangnya ‘hari Tuhan’ merupakan salah satu ajaran dasar yang dikenal luas oleh para penganut agama Yahudi. Dalam Perjanjian Lama, hari Tuhan disebut sebagai ‘hari penghukuman’ atau ‘hari kemurkaan Tuhan’. Datangnya hari Tuhan merupakan saat yang menakutkan karena akan disertai dengan berbagai macam konflik dan bencana kosmik yang mendatangkan penderitaan hebat bagi manusia.
Meski demikian, hari Tuhan juga dinanti-nantikan karena dipahami sebagai saat kejayaan kerajaan Allah mencapai puncaknya dan saat musuh-musuhNya dihancurkan secara mutlak. Ketegangan antara pengharapan dan ketakutan mewarnai penantian datangnya hari Tuhan. Dalam perjanjian Baru, hari Tuhan juga dipahami sebagai puncak kejayaan kerajaan Allah. Pada waktu itu ‘murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.’ Demikian pula konflik dan bencana kosmik yang hebat akan terjadi untuk mengakhiri kehidupan manusia di dunia. Namun dibandingkan dengan ajaran Perjanjian Lama, di sini terdapat perbedaan yang penting, yaitu hadirnya sosok Kristus sebagai tokoh sentral. Pada hari itu, Kristus akan datang dan menghakimi dunia dengan kuasa yang diberikan Allah kepadaNya. Kristus juga akan membangkitkan orang mati, khususnya mereka yang percaya kepadaNya.
Kehadiran Kristus sebagai tokoh sentral seharusnya membuat orang-orang Kristen menyambut datangnya Hari Tuhan dengan penuh pengharapan. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Sebagian besar orang Kristen justru menghadapi hari Tuhan dengan ketakutan. Salah satu gejalanya adalah kecenderungan untuk meramalkan tanggal terjadinya hari Tuhan. Meskipun ramalan-ramalan semacam ini telah berulangkali gagal, namun masih banyak orang yang mempercayainya dengan keputusan-keputusan yang gegabah. Juga tidak sedikit orang Kristen yang berharap akan langsung diangkat ke surga agar tidak menghadapi penderitaan hebat menjelang datangnya hari Tuhan itu.
Jelaslah bahwa menyambut hari Tuhan dengan semangat semacam ini lebih banyak diwarnai oleh ketakutan dan tidak sesuai dengan ajaran Kristus sendiri.
Tinggalkan Balasan