Renungan Minggu, 30 Juli 2023
Pada hari – hari terakhir di bulan Juli tahun ini, dengan gencar Badan Metrologi dan Geofisika, dengan tak jemu dan putusnya, mengumumkan prakiraan badai yang akan melanda negara kita. Di berbagai chanel TV maupun media lainnya, terus diingatkan kepada masyarakat agar siap sedia menghadapi badai El Nino yang akan melanda hampir seluruh Asia Tenggara ini.
Diprediksi bahwa badai ini akan mengakibatkan dampak bukan saja perubahan cuaca – dimana suhu panas akan terjadi sangat extrim – sekitar diatas 30° C lebih, bahkan di sebagian belahan dunia sudah menunjukkan suhu extrim sampai 40° C. Akibatnya akan mendatangkan berbagai penyakit – bahkan sudah ada yang mengalami kematian karena perubahan suhu ini. Bahkan para ahli juga memprediksi akan terjadi kekurangan dan kesulitan lainnya – ketahanan pangan negara yang sudah di rancangan sejak jauh-jauh hari akan diuji konsep programnya dengan kenyataan ini.
Pada kenyataan yang lain, kondisi, keadaan dan kenyataan lingkungan masyarakat tinggal – pada umumnya – belum memuaskan atau paling tidak sesuai dengan standar kelayakan orang untuk tinggal dan hidup. Masih banyak tempat-tempat yang kumuh – atau tidak layak huni. Ditambah lagi dengan banyaknya kerusakan lingkungan kehidupan ini – karena sampah yang menumpuk dimana-mana, sanitasi lingkungan yang belum memenuhi standar baik, sehat untuk dihuni – apa lagi untuk anak-anak. Belum berbicara sumber daya air, yang bukan saja sekedar layak untuk menunjang hidup – apa lagi jadi sumber kehidupan – sangat jauh dari standarnya.
Beberapa tahu lalu sebelum negara kita dilanda pademi – kami para pemuka agama diminta untuk mengikuti seminar pemaparan kondisi air sungai Cikapundung, maupun Ciliwung. Keduanya dinyatakan ada dalam darurat bahan pencemaran tingkat tinggi. Selai sanitasi lingkungan masyarakat bantara sungai, ditambah sampah yang mencemari sumber bahan baku untuk air yang dikonsumsi rumah tangga di kota-kota dilalui sungai ini. Ditambah bahan b3 yang dibuang di sepanjang sungai.
Belum lagi kita membicarakan air tanah diberbagai kota yang sudah menurun, akibatnya sumur resapan yang digagas juga belum mampu mengatasi difisit sumber air, bagi kehidupan masyarakat perkotaan.
Semua kenyataan ini jika direfleksikan denga Firman Tuhan yang kita yakini, bahwa Allah menciptakan manusia sesuai dengan Citra dan Gambar Nya, yang salah satunya dinyatakan dalam Kejadian 2:15b “…. dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu ” – maka sangatlah bertolak belakang karena kerusakan yang terjadi sudah menunjukkan ketidak selaras manusia dengan Allah yang menciptakannya.
Jika demikian apa yang harusnya nyata dalam sikap iman percaya pada Allah pencipta, kita harusnya memelihara dan merawat kehidupan yang Dia berikan. Bagaimana mewujudkannya sebagai iman percaya kita padaNYA – sekaligus juga wujud syukur dan kasihNYA pada kita?
Pada akhir abad 20 kemarin, dikenal sebuah slogan “Thinks global, act local“, gagasan dari slogan ini secara sederhananya adalah filosofi atau pendekatan yang menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak global dalam pengambilan keputusan dan strategi, tetapi bertindak dan berkontribusi pada tingkat lokal untuk mencapai perubahan yang berarti – sederhananya sering dikata lingkungan yang berkelanjutan.
Contoh sederhananya adalah sampah yang dipilah-pilah agar dapat didaur ulang. Mengadakan bank sampah agar lingkungan terjaga tetapi juga ada manfaat tambahan yaitu penghasilan tambahan. Selain itu juga kita diminta melakukan bipori yaitu untuk penyerapan air tanah secara swadaya – terutama bagi lingkungan kita tinggal.
Diharapkan dari langkah-langkah kecil ini, jika dilakukan secara bersama dalam komunitas yang besar akan membawa dampak yang besar dan juga diharapkan meminimalisir dampak bencana yang akan melanda negara kita dihari-hari menjelang.
Di berbagai daerah ada dibuat komunitas peduli lingkungan dimana gereja di sekitar lingkungan itu bersama bahu membahu dengan masyarakatnya membentuk bank sampah, juga menyiapkan dan menyediakan penampungan untuk air bersih yang didaur ulang melalui teknologi sederhana yang ramah lingkungan. Mari kita juga bersama menciptakan komunitas lainnya yang melakukan hal-hal kecil tetapi memberi dampak yang luar biasa bagi lingkungannya – sebagai u kapan iman dan syukur kepadaNYA.
~ SOLI DEO LORI ~
Pdt. Iwan Santoso
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- NKB 5:1,2
- Ku Masuki Gerbang-Nya (2x)
- KJ 36:1-4
- PKJ 255
- PKJ 146:1,3
- PKJ 239:1,3
Tinggalkan Balasan