Renungan Minggu, 27 Agustus 2023 – HUT ke-35 Sinode GKI
GKI saat ini telah memasuki usia penyatuannya yang ke-35. Dalam salah satu bagian mukadimah yang tertuliskan dalam Tata Gereja GKI Alinea 2 pada bagian akhir tertuliskan demikian: “… gereja adalah persekutuan yang esa dari orang-orang beriman kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang diundang dan dipanggil Allah untuk berperanserta ke dalam misi-Nya, yaitu karya Allah dalam penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan pembaruan di dunia.”.
Dari rumusan tersebut, sejak awal GKI menghayati keberadaannya dari Tuhan dan dipanggil Tuhan untuk berperan serta mengerjakan misi-Nya. Jadi jelaslah bahwa posisi GKI bukan pemeran kunci dalam melaksanakan karya Allah, namun merespon panggilan Allah yang menginginkan GKI sebagai mitra Allah untuk mengerjakan barya Allah dalam dunia ini.
Penghayatan eklesiologis yang seperti ini tentunya memberikan konsekuensi yang sangat besar dalam hidup kita menggereja. Kita tak bisa hanya mengerjakan apa yang kita mau, kita juga tak bisa mengerjakan asal terjadi namun kita harus mengerjakan karya layanan kita secara totalitas agar dapat terwujudkan dengan baik dan memberikan dampak yang besar.
Namun sadarkah kita bahwa untuk mewujudkan kesemuanya itu bukan perkara yang mudah? Kepercayaan Tuhan yang sedemikian besar dan telah kita sambut dengan tangan terbuka tentunya bisa saja menimbulkan rasa frustasi tersendiri karena merasa tak mampu mengerjakan atau apa yang kita hadapi dan kerjakan sedemikian besar.
Bisa saja, kita merasa bahwa kesemuanya itu berada di luar kendali dan jangkauan kita. Perhatikan saja apa yang selama ini telah kita kerjakan bukankah baru berwujud riak-riak kecil yang tersebar disana-sini. Kesemuanya ini terjadi pada hamparan lautan yang sedemikian luas.
Dalam Gerakan Kemanusiaan Indonesia yang selama ini kita kerjakan untuk menolong mereka yang berada dalam kondisi terpuruk karena bencana alam, itu hanya berupa riak kecil. Kerjasama pelayanan yang kita lakukan dengan beberapa sinode juga tak lebih baru berupa riak kecil.
Namun demikian, biarlah kita menaruh harap kepada Allah yang terus menyertai dan berkarya di tengah-tengah kita. Mata kita tetap tertuju kepada Dia Sang pemilik kehendak saat mengerjakan karya. Tetapi pada satu sisi yang lain mari kita buka tangan kita bagi yang lain.
Kita kembangkan relasi dan jejaring dalam suatu karya layanan sehingga tercipta orkestrasi yang indah. Dalam dua aksi serempak yang kita lakukan, yaitu mata tertuju kepada Allah dan tangan saling menggenggam dengan erat untuk menyongsong kepercayaan Tuhan, kita kerjakan apa yang Tuhan percayakan kepada kita.
Kita bangun hidup menggereja kita bukan hanya dalam memperkuat persekutuan kita sehingga Gerja Kristen Indonesia saja namun kita terus berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan di manapun Tuhan tempatkan. Dengan mata tertuju kepada Tuhan dalam tangan yang saling terkait dalam sebuah jejaring Dalam kerjasama yang kuat kita menjadi kuat dan tak mudah digoyahkan sehingga mampu melahirkan karya yang berdampak. . (Dian Penuntun).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 17:1-2
- PKJ 37:1,2
- PKJ 282:1,2,4
- Mazmur 119:129-136
- PKJ 149:1,2,3
- NKB 230:1,2
Tinggalkan Balasan