Renungan Minggu, 27 Agustus 2017
Gereja Kristen Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. Konteks GKI adalah konteks Indonesia, kita adalah Indonesia. Karena itu, satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah keragaman. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan dengan keragaman yang mewujud dalam kebudayaan, bahasa, dan nilai-nilai hidup yang khas dalam masing-masing tempat.
Karena konteks kita adalah Indonesia, keragaman ini terlihat juga dalam hidup dan proses bergereja dan menggereja. Jemaat multi etnis, hidup dan melayani Tuhan di dalam dan melalui GKI. Meskipun pada awal mula, GKI adalah gereja berbasis Tionghoa, namun seiring dengan perjalanan waktu, Tuhan berkarya dengan luar biasa, sehingga kiprah GKI melebar dengan melampaui batasan basis satu etnis, keragaman menjadi sesuatu yang bersifat niscaya dalam GKI. Dari perspektif keragaman ini, kita bisa melihat apa yang terjadi dalam cara kita terlibat dan menjalankan misi Allah di tengah dunia. Misalnya, dalam ibadah, ada berbagai bentuk ibadah yang bisa saja berbeda antara GKI satu dengan GKI lainnya meski tetap mempertahankan ordo-ordonya, demikian juga perbedaan dalam cara mendidik anak-anak muda, dan sebagainya. Bersatu bukan berarti tidak boleh berbeda, juga bukan berarti tidak mempunyai batasan yang jelas, sebagai penunjuk identitas dan jati diri GKI secara menyeluruh.
Kita patut bersyukur, GKI telah memiliki pengakuan iman atau konfesi, yang lahir dari “rahim” GKI, sebagai buah hidup bergereja dalam konteks Indonesia dan dunia pada masa kini. Konfesi GKI menjadi penting, agar pengakuan iman kita bukan sekedar warisan masa lampau tetapi, pengakuan yang memang lahir dari konteks kehidupan kita yang khas. Berakar pada ibadah yang melingkupi seluruh dimensi kehidupan kepada Bapa, Anak, dan Roh Kudus, secara berangkat dari kekayaan dan kepelbagaian yang ada di dalam tubuh GKI dan di tengah konteks hidup GKI, maka GKI merumuskan konfesinya berdasarkan kesaksian Alkitab tentang persekutuan kasih dan karya keselamatan Allah Sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus. (Dian Penuntun Edisi 24).
Tinggalkan Balasan