Renungan Minggu, 6 Februari 2011
Pembacaan leksionari pertama Yesaya 58:1-12 membicarakan bahwa Allah menuntun agar umat memperbaiki sikap dan perbuatan mereka yang tidak peduli, bahkan cenderung menindas sesamanya yang miskin/lemah. Sesudah itu barulah kemudian Allah akan memberkati umat-Nya.
Senada dengan seruan nabi Yesaya, Mazmur 112:1-10 juga memanggil umat untuk hidup benar (takut akan Tuhan). Hanya dengan itulah mereka akan bahagia, dan akan mendapat “berkat”. Berkat yang melebihi kekayaan materi, yaitu kekayaan rohani.
1 Korintus 2:13-16 membahas hal yang bersifat teologis, yaitu tentang manusia duniawi dan manusia rohani (mengetahui pikiran Kristus). Menurut Paulus bahwa manusia rohani pasti meninggalkan perbuatan-perbuatan duniawi; kecemaran, pertengkaran, keegoisan, perpecahan dan sebagainya, dan berusaha menjadi manusia rohani yang berfokus pada Kristus, yang melakukan perbuatan terang.
Matius 5:13-20 Yesus menuntut orang-orang percaya (gereja) untuk berfungsi sebagaimana hakikatnya, yaitu melakukan perbuatan yang benar dan perbuatan kasih.
Melalui keempat bacaan, kita dapat menemukan sebuah pesan yang sangat jelas tentang pentingnya kita berbuat benar, berbuat kasih; peduli akan keselamatan sesama manusia. Itulah kesalehan hidup yang mendatangkan berkat, “Kesalehan” dengan melakukan ritual agama beserta peraturan-peraturan agama adalah hal yang penting. Tetapi yang dibutuhkan dunia saat ini adalah pengikut Kristus yang berfungsi sebagai garam dan terang, melakukan kebenaran dan kasih. Kiranya Tuhan menolong kita.
Semuel zakaria mengatakan
Syalom, Puji Tuhan dapat memberi koment pada link ini. Saya mau bertanya apakah GKI ini memiliki program beasiswa? Terima kasih untuk informasinya. GBU.
Sutrisno Tjen mengatakan
Secara intern kami memberikan kepada beberapa siswa (jemaat/simpatisan yang kurang mampu) di lingkungan GKI Harapan Indah.
Untuk program khusus bea siswa, bidang kespel tidak memprogramkannya.
Untuk pemberian bea siswa, biasanya gereja mengevaluasi penerimanya lebih dahulu.
Sutrisno Tjen
delvis riandy mengatakan
Saya sangat setuju bahwa “kesalehan” hidup tidak ditentukan semata lewat menjalankan ritual dan ketentuan2 agama yang ada, tapi lebih dari pada itu, adalah tindakan praktis kristiani yang membawa kasih dan kebenaran Kristus, dan berdampak luar biasa bagi kehidupan orang lain.