Renungan Minggu, 20 Mei 2012 – Minggu Paskah VII
Dalam Pembacaan Injil hari ini, Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya. Ia tidak mendoakan murid-murid-Nya diambil dari dunia. Ia tidak berdoa agar para murid lepas dari kesulitan dan tantangan hidup. Di sini menunjukkan bahwa kekristenan tidak pernah dihayati sebagai suatu kelompok yang menarik diri dari kehidupan dunia. Karena kekristenan harus ada di tengah dunia untuk menjadi garam yang menggarami dan terang yang menerangi. Dengan kata lain, kita bukan menarik diri dari dunia, dan juga tidak meleburkan diri menjadi sama dengan dunia.
Dalam doa-Nya Yesus juga berdoa kepada Bapa agar para murid dikuduskan dalam kebenaran. Dalam doa-Nya itu Ia memohon agar Bapa memelihara mereka. ”Ya, Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu…” (17:11). Ayat ini menyatakan suatu permintaan kudus kepada Bapa supaya para murid itu dilindungi dari segala yang jahat. Yesus mengatakan kepada Bapa-Nya bahwa murid-murid itu akan kehilangan pemeliharaan-Nya secara pribadi, seperti yang sedang dilakukan-Nya. Dengan penuh kasih, Ia menyerahkan pemeliharaan milik-Nya kedalam tangan Bapa.
Hal yang sangat menonjol dalam doa-Nya adalah suatu kerinduan dan harapan agar para murid menjadi satu. Ia tidak berdoa agar murid-muridNya bersatu untuk melawan orang lain. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu” (17:11). Kesatuan merupakan kerinduan hati Yesus yang paling dalam. Dia menghendaki supaya kesatuan itu sungguh-sungguh mencerminkan seperti kesatuan yang ada di antara Dia dan Bapa-Nya.
Mungkin hal pertama yang dapat kita lakukan adalah membangun persekutuan berdasarkan saling mengasihi. Hanya dengan kehidupan yang saling mengasihi satu sama lain, akan memampukan kita hidup dalam persatuan dan persekutuan yang sesungguhnya. Kita mesti berusaha sedapat mungkin berbuat kebajikan kepada orang-orang di sekitar kita tanpa membedakan suku, ras, atau bahasa. Mungkin dapat juga kita lakukan terlebih dahulu menghilangkan segala prasangka negatif terhadap orang-orang yang kita anggap berbeda dengan kita. Tanpa persatuan, kita tidak layak disebut sebagai murid-murid Kristus. Kiranya kerinduan Tuhan Yesus dalam doa-Nya menjadi kenyataan dalam hidup kita.
Tinggalkan Balasan