Renungan Minggu, 28 Juli 2013
Doa merupakan aktivitas harian orang beriman, baik ritual maupun ‘devosional’. Ada banyak sebutan luar biasa yang ditempelkan pada aktifitas ini. Ada yang mengatakan: doa adalah nafas iman; doa adalah sarana komunikasi manusia dengan Allah.
Dan, masih sederet sebutan lain lagi yang bisa kita tambahkan. Namun, doa juga bisa diibaratkan sebagai pisau. Ia bisa berguna, tetapi bisa juga berbahaya; bergantung bagaimana kita menggunakannya. Doa bisa membangun kehidupan iman dan kehidupan sehari-hari umat. Tetapi, doa juga bisa menghancurkan iman, manakala doa hanya dipakai sebagai alat pemuas hawa nafsu (hedonism, konsumerisme atau pemuasan hawa nafsu dosa lainnya).
Ada banyak contoh bagaimana doa dipergunakan secara tidak semestinya; koruptor yang berdoa memohon supaya ia dibebaskan dari hukuman (sembari menyogok hakim, jaksa dan polisi), pengendara mobil yang tidak dilengkapi Surat Izin Mengemudi (SIM) ketika terkena tilang dan memohon supaya Tuhan membutakan mata polisi yang menilangnya, pelajar yang memohon supaya berhasil lulus ujian (dengan sebelumnya membeli soal-soal ujian). Dan masih banyak contoh lainnya lagi. Bilamana doa-doa semacam ini tampaknya terkabul, timbul pertanyaan: “benarkah itu dari Tuhan?”
Dari pembacaan Alkitab hari ini, firman Tuhan mengingatkan bahwa – doa bukan hanya sekedar permohonan dan keintiman dengan Allah, tetapi juga sebuah ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, setiap permohonan yang dinaikkan melalui doa kepada Allah juga mesti dilandasi oleh ketaatan kepada kehendakNya. Doa yang seperti ini adalah doa yang “berhasil-guna” – akan dikabulkan dan akan mengubah kehidupan manusia, sehingga terbentuklah kehidupan doa yang sehat.
Tinggalkan Balasan