Renungan Minggu, 21 Maret 2021
Pada masa Prapaskah terdapat pertanyaan fundamental yang perlu direnungkan dan disikapi sebagai keputusan etis. Pertanyaan tersebut adalah: “Kemanakah aku berada di tengah-tengah tarikan kuasa dunia yang sedang bekerja?” Apakah ditengah-tengah tarikan yang ada, kita tetap memilih setia dan taat kepada kehendak Allah. Tarikan-tarikan tersebut sering begitu kuat dan menggoda.
Tetapi apakah kita berkomitmen menjaga integritas diri? Surat Yakobus berkata: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” (Yak 1:14). Tarikan-tarikan yang kuat itu adalah keinginan/nafsu, sebab diseret dan dipikir olehnya. Kata “diseret” berasal dari kata “exelkomenos, yang kata dasarnya adalah elkuoo yang artinya: membujuk, menggoda, dan menarik maju.
Sangat menarik kata elkuoo tersebut ternyata dipakai oleh Yesus dalam Yohanes 12:32. Frasa: “menarik semua orang datang kepada-Ku” (pantas elkyso pros emauton). Maksudnya saat Yesus ditinggikan di atas salib, Ia akan menarik semua orang kepada Dia. Manusia perlu merenungkan secara eksistensial tentang makna hidupnya, yaitu kepada siapa ia mau ditarik?
Apakah kepada penguasa dunia yang dimanifestasikan dengan keinginan-keinginan yang dilarang (epithumias)? Ataukah ia ditarik oleh anugerah Allah di dalam penebusan Kristus di atas kayu salib? Di hadapan daya tarikan-tarikan tersebut manusia harus mengambil keputusan etis, baik ketika ia ditarik oleh keinginan/nafsu dunia, ataukah oleh anugerah keselamatan dari Allah.
Namun ada satu hal yang bersifat khusus saat manusia membuka diri untuk ditarik oleh anugerah keselamatan Allah di dalam Kristus. Anugerah Allah tersebut akan melimpahi hidup seseorang dengan antuasiasme yang mendorong dia ingin berjumpa dan mengenal Kristus secara personal. Kata antuasiasme berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu: en-theos (God within: Allah berada di dalam).
Jika Allah berada di dalam diri kita, maka kita akan penuh semangat yang berkobar-kobar dengan inspirasi yang kreatif. Pengalaman yang berkobar-kobar dan menginspirasi inilah yang mendorong orang-orang Yunani ingin berjumpa dengan Yesus. Orang-orang Yunani adalah orang asing (goyim). Bangsa yang tidak bersunat. Tetapi sangat menarik menjelang Yesus menderita sengsara dan wafat, mereka hadir sebagai orang-orang yang mencari Yesus dan ingin mengenal Dia.
Sejauh mana kualitas dari enthusiasm kita ditentukan saat manusia berhadapan dengan salib Kristus. Apakah salib itu menjadi batu sandungan, kebodohan ataukah kekuatan Allah yang menyelamatkan? (Dian Penuntun Edisi 31).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 144b:1-3
- PKJ 48
- KJ 178:1,2
- Mazmur 51:2-13
- PKJ 147:1,3
- Kami Bangkit dari Abu
Tinggalkan Balasan