Renungan Minggu, 18 Januari 2015 – Minggu II setelah Epifani
Tuhan memanggil manusia untuk mengikuti-Nya. Namun, panggilan Tuhan ini tidak direspon secara sama oleh semua orang. Sebagian orang mendengar panggilan Tuhan lalu segera mengikut. Sebagian orang menolak panggilan Tuhan, dan tidak percaya kepada-Nya.
Dalam perikop-perikop yang kita baca hari ini, kita melihat bagaimana panggilan Tuhan ditanggapi dengan baik. Dalam bacaan Injil tampak bahwa panggilan Tuhan Yesus kepada murid-murid pertama direspon secara cepat. Mereka yang dipanggil segera “mengikuti Yesus”, “meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia”, ”meninggalkan ayahnya”, atau “tinggal bersama Yesus” (Markus 1:16-20, Yohanes 1:39, 40). Para murid pertama ini kemudian menjadi rasul-rasul Tuhan. Memakai terminologi masa kini, mereka menjadi pekerja Tuhan secara “full time”, atau menjadi “profesional”.
Panggilan Tuhan kepada orang banyak untuk mengikuti-Nya tidak selalu harus ditanggapi dengan menjadi “profesional”, atau bekerja penuh waktu untuk memberitakan Injil, atau melayani Tuhan dan umat-Nya; menjadi “rasul” atau “nabi”, atau “pendeta”, dsb. Akan tetapi, mendengar dan menerima panggilan Tuhan berarti mengikuti-Nya. Jadi, apa pun pekerjaan, atau profesi yang dipilih umat Tuhan seyogyanya semua itu tetap mencerminkan kesediaannya mengikut Tuhan, yaitu dengan mewujudkan ketaatan dan kesediaan untuk melakukan kehendak-Nya, dan melayani Tuhan; Tuhan harus menjadi orientasi hidup umat, sehingga hidup dan kiprah orang percaya menjadi ekspresi dari kesediaannya “mengikut Tuhan”. Karena itu, sebagai konsekwensinya, segala sesuatu yang dilakukan umat Tuhan harus dilakukan seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, apalagi untuk memuaskan keinginan diri sendiri (Bandingkan dengan Kolose 3:17).
Idealnya, ketaatan kepada pangilan Tuhan untuk mengikuti-Nya juga menjadi panggilan hidup umat Tuhan, yang orang erat sekali kaitannya dengan profesi yang dipilihnya. Artinya, profesi yang dipilih seseorang seyogyanya mengejawantahkan panggilan hidupnya. Dengan demikian, profesi yang dipilihnya menjadi cara, atau salah satu cara, untuk menanggapi panggilan Tuhan, sekaligus untuk mewujudkan tanggungjawab mengelola kehidupan yang Tuhan karuniakan kepadanya.
Tinggalkan Balasan